Mengelola Keuangan Pribadi

Beberapa hari yang lalu saya membaca kembali tulisan lama saya di blog, yaitu tentang cara mencatat keuangan pribadi. Tulisan tersebut ditulis 8 tahun yang lalu, saat saya mulai belajar mengatur keuangan pribadi, mencatat semua pengeluaran sehari-hari, serta mulai investasi saham dan reksa dana.

Saat itu saya belum belajar keuangan secara formal. Semuanya saya pelajari secara otodidak, mulai dari baca buku Intelligent Investor dan literatur finance lainnya, belajar saham dari forum Kaskus dan berbagai mailing list, sampai ambil cuti untuk ikut sekolah pasar modal di BEI tahun 2010.

Setelah baca lebih banyak referensi, kuliah lagi, dan rutin menganalisis laporan keuangan, saya merasa perlu meng-update beberapa hal terkait personal finance. Blog post kali ini sengaja ditulis dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan orang awam memahami pentingnya literasi finansial.


#1 - Audit cash flow keuangan pribadi kita
Cara paling sederhana untuk meng-audit keuangan pribadi kita adalah dengan membuat personal cash flow statement, yang intinya kita catat semua pemasukan dan semua pengeluaran kita setiap bulan, mulai awal tahun ini. Lalu, kita hitung selisihnya, apakah surplus sehingga bisa kita tabung dan investasikan, atau malah defisit sehingga kita harus menguras tabungan atau berhutang.


#2 - Tingkatkan active income dari pekerjaan utama
Kalau kita bekerja di perusahaan orang lain, coba bekerja lebih keras dan pastikan kita menghasilkan value yang lebih tinggi untuk perusahaan. Kalau kita memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perusahaan, pengusaha yang baik akan menghargai kita sebelum perusahaan lain lebih menghargai kita. Be so good, so they can't ignore you.



Kalau kita bekerja sendiri atau di perusahaan sendiri, coba bekerja lebih cerdas, pastikan growth dan profitability nya meningkat dari tahun ke tahun. Kalau keuntungan perusahaan meningkat secara konsisten, kita bisa memberikan kenaikan income bagi diri sendiri dan orang-orang kunci di perusahaan.



#3 - Cari usaha sampingan (side gig)
Kalau kita bekerja di perusahaan orang lain, coba cari pekerjaan sampingan yang terkait dengan hobi, tidak terkait dengan pekerjaan utama, bisa dilakukan di luar jam kerja utama, dan tidak menggunakan resource yang dberikan perusahaan di pekerjaaan utama kita. Buku-buku Chris Guillebeau, seperti "The $100 Startup" atau "100 Side Hustles", bisa jadi bacaan bermanfaat.



Kalau kita bekerja sendiri atau di perusahaan sendiri, biasanya energi kita 24/7 untuk pekerjaan tersebut. Coba cari masalah-masalah lain yang bisa kita selesaikan dengan business unit baru. More problems, more business opportunities.



#4 - Tingkatkan passive income dari hasil investasi
Financial freedom (kebebasan finansial) itu bisa tercapai saat penghasilan kita bisa membiayai semua kebutuhan kita tanpa kita harus bekerja lagi. Hal ini hanya bisa dicapai kalau kita memiliki investasi yang konsisten memberikan imbal hasil di atas biaya hidup kita.



Terkait cara memilih investasi di bisnis apa, saya banyak belajar dari Warren Buffet & Charlie Munger. Prinsipnya adalah pilih yang punya long-term value tinggi dan kita paham business model-nya, serta dikelola oleh orang-orang yang memiliki integritas, kecerdasan, pengalaman, dan dedikasi tinggi. Prinsip yang sama bisa diterapkan saat investasi di sektor riil.



#5 - Atur pengeluaran dengan bijak
Pengeluaran yang bijak itu sadar dan terencana, biasanya mencakup 5 kategori sbb:
  • Kebutuhan Primer (60%) – bayar utang, pajak, tempat tinggal, makan, komunikasi, kesehatan, pendidikan, transportasi, amal, dsb.
  • Dana Pensiun (10%) – iuran BPJS TK, DPLK, dsb.
  • Investasi (10%) – reksa dana, saham, surat utang, dsb.
  • Tabungan (10%) – dana darurat, liburan, hadiah, pernikahan, dsb.
  • Kebutuhan Sekunder (10%) – pakaian, hiburan, hobi, dsb.


Salah satu trik untuk memastikan bahwa pengeluaran kita tidak melebih budget itu adalah dengan menerapkan sistem amplop anggaran. Jadi, setiap pos pengeluaran hanya bisa diambil dari satu amplop saja sesuai dengan nama posnya. Jika ada pengeluaran yang melebihi budget (dana di amplop tersebut sudah habis), terpaksa kita harus mengambil dana dari amplop lain. Dengan demikian, cara ini bisa menghindari kita dari kondisi defisit (pengeluaran > pemasukan).



Selain itu coba audit juga setiap pos pengeluaran, apakah ada yang bisa dihilangkan atau dikurangi (baik itu downgrade, maupun negosiasi ulang).