Kelas Inspirasi

Sending a seed of hope, creating a story of dream...

Itu adalah salah satu pesan Pak Anies Baswedan pada saat pembukaan dan briefing Kelas Inspirasi, 14 April yang lalu. Idenya sederhana, mengajak para profesional kelas menengah untuk berbagi pengalaman, membuka kunci mimpi, kepada anak-anak SD dari golongan menengah ke bawah. Anak-anak yang impiannya hanya sebatas yang mereka lihat dari lingkungan mereka dan acara televisi yang ditontonnya.

Give hope through a sincere message, then it will be a dream..

Teringat kisah seorang anak bangsa yang paling brilian, Pak Habibie, di masa sekolah beliau mendengarkan pidato Bung Karno dan terinspirasi, bahwa untuk menjadi bangsa yang kuat, kita harus menguasai udara dan laut. Pesawat terbang dan kapal laut lah yang bisa memperkuat dan menyatukan Indonesia, baik secara militer maupun secara ekonomi, kata bung Karno. Dari situ lah, akhirnya Pak Habibie akhirnya memutuskan untuk mendalami bidang aerospace engineering. Dimulai dari menjadi salah satu mahasiswa yang dikirim ke Eropa oleh Bung Karno, beliau kini menjadi salah satu orang paling ahli di dunia dirgantara. Semuanya berawal dari mimpi.

Kisah lainnya yang diceritakan Pak Anies, adalah kisah seorang ahli kelistrikan dari UGM, tentang bagaimana beliau akhirnya mendalami ilmu tersebut. Ternyata pada tahun 1950an, Bung Hatta datang ke Sumatra untuk meresmikan Bendungan Asahan. Kedatangan seorang tokoh proklamator ini menarik meminat banyak orang, termasuk sekelompok anak muda dari daerah Sumatra Utara sana. Meskipun tidak berapi-api seperti pidato Bung Karno, Bung Hatta berpesan bahwa kebutuhan membangun bendungan seperti ini akan meningkat. Oleh karena itu, bangsa Indonesia membutuhkan banyak insinyur listrik. Akhirnya, banyak pemuda dari daerah tersebut yang mengambil studi kelistrikan. Semuanya berawal dari mimpi.

Middle class is formed through education. It's time to pay back..

25 April, saya dan 7 rekan lainnya mendapatkan kesempatan untuk mengajar seharian di SDN Duri Pulo 03 Jakarta. Ketujuh rekan saya ini orang-orang hebat: Ferli (psikolog), Imesh (editor in chief), Citra (banker), Tamara (lighting designer), Rahma (fashion designer), Doni (business impactor) dan Puja (software developer). Selain kami, ada 200an orang lainnya dengan beragam profesi menjadi volunteer di berbagai SD Negeri di Jakarta. Pada hari itu kami semua menjelaskan tentang profesi kami masing-masing di hadapan anak-anak SD. Sebuah hal yang cukup challenging bagi kami, menjelaskan apa yang sehari-hari kami kerjakan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak. Bagi kebanyakan volunteer Kelas Inspirasi yang sudah sering berbicara di depan publik dewasa, mengajar di hadapan anak-anak itu ternyata jauuuuh lebih susah. Banyak yang awalnya grogi, tapi belakangan malah menjadi candu.

Kelas Inspirasi 2012 – © Kompas.com

Persiapan saya untuk Kelas Inspirasi ini cukup panjang, terutama mencari inspirasi bagaimana menjelaskan profesi Software Engineer ke depan anak-anak. Ada 5 poin yang perlu disampaikan ke anak-anak itu: siapa saya, apa profesi saya, apa yang dilakukan profesi saya setiap harinya saat bekerja, apa manfaat profesi saya bagi masyarakat, dan bagaimana caranya menggapai profesi seperti saya. Kelima poin tersebut harus disampaikan dengan nilai-nilai positif dalam pengajarannya, dengan penekanan pada nilai kejujuran, kerja keras dan kemandirian.

When in doubt, ask StackOverflow..

Salah satu inspirasi saya tentang bagaimana menceritakan pekerjaan Software Engineer ke anak-anak adalah sebuah thread di StackOverflow Career day in kindergarten: how to demonstrate programming in 20 minutes. Dari situ saya belajar bahwa jelas sangat sulit (tapi mungkin aja sih :p) mengenalkan kode pemrograman ke anak-anak SD. Jadi, alih-alih mengajarkan tentang coding, saya menceritakan tentang apa aja sih yang bisa diciptakan oleh seorang Software Engineer. Kemudian, saya menceritakan bahwa apa yang sehari-harinya Software Engineer lakukan itu seperti bermain teka-teki B-), mulai dari requirement gathering, analysis, design, implementation sampai testing. Setelah itu, saya bercerita tentang manfaatnya dan bagaimana menjadi seorang Software Engineer.



Cukup mengejutkan ketika kami bertanya ke murid-murid SD tersebut, apa cita-cita adik-adik sekalian. Kebanyakan menjawab ini menjadi pemain bola atau ingin menjadi artis. Entah kenapa tidak banyak yang menjawab ingin jadi dokter, pilot, insiyur ataupun presiden seperti halnya ketika saya duduk di bangku SD seperti adik-adik itu. Ternyata lingkungan dan tontonan televisi itu sangat mempengaruhi pola pikir dan mimpi anak-anak. Satu hal yang bikin terenyuh adalah ketika Doni meminta adik-adik SD itu untuk menggambarkan cita-citanya di secarik kertas, ada seorang anak yang menggambar sebuah mobil berwarna biru. "Ini saya sedang jadi sopir taksi Blue Bird. Saya sedang bepergian bersama Bapak, Ibu dan kakak saya di taksi ini."

Biaya pendidikan yang relatif tinggi itu bukanlah halangan untuk mencapai cita-cita, karena jika kita mau berusaha, jalan itu akan terbuka buat kita. Serta attitude seperti jujur, kerja keras dan mandiri itu jauh lebih penting daripada harta kekayaan.. Mungkin itu pesan utama yang saya sampaikan dalam kesempatan Kelas Inspirasi. Sungguh acara seperti ini sangatlah bermanfaat sekali, baik bagi adik-adik SD dari kalangan tertentu maupun bagi rekan-rekan profesional yang sudah dan sedang mencapai sukses. Semoga program Kelas Inspirasi ini sustainable, terus berkembang dan menjangkau lebih banyak lagi anak-anak di berbagai kota di seluruh Indonesia. Lebih dari itu, semoga anak-anak Indonesia, generasi penerus bangsa ini bisa mempunyai mimpi yang besar dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai mimpi itu.

Give a man a fish and you feed him for a day.
Teach a man how to fish and you feed him for a lifetime..