Tips Migrasi ke Open Source

Setelah mengetahui keuntungan yang ditawarkan oleh open source, kini saatnya untuk migrasi ke open source, terutama untuk menggantikan software bajakan yang biasa digunakan. Jika Windows Anda bajakan, kini saatnya untuk menggantinya dengan Linux (atau terpaksa membeli lisensi aslinya :). 

Proses migrasi ini biasanya akan terasa lebih sulit dari yang dibayangkan karena kita sudah terbiasa dengan lingkungan software lama selama bertahun-tahun (terjebak dalam zona nyaman). Adaptasi seringkali tidak mengenakkan, tapi sebenarnya yang dibutuhkan hanyalah kesabaran dan kemauan untuk belajar.

Berikut ini beberapa tips untuk migrasi dari software proprietary ke open source (Windows ke Linux) dengan pendekatan personal.

1. Sebelum mengganti sistem operasi (Windows ke Linux), gunakan dulu software-software open source versi Windows. Software-software open source di Linux biasanya juga memiliki versi Windows atau versi Mac OSX. Untuk itu, Anda bisa membuat daftar software yang biasa Anda gunakan, cari software open source alternatifnya, lalu download dan instal software open source versi Windowsnya. Hal ini ditujukan supaya mempermudah hidup Anda jika kelak harus migrasi sistem operasi.

2. Periksa kecocokan tipe data yang dihasilkan software proprietary dengan software open source. Contoh, default-nya Microsoft Word 2007 menghasilkan file .docx, sedangkan OpenOffice Writer menghasilkan file .odt. Meskipun demikian, kedua software tersebut sama-sama bisa membaca dan menghasilkan file .doc. Nah, karena itu kita tidak perlu kuatir saat migrasi total ke open source, asalkan data hasil Word 2007 disimpan dalam bentuk .doc, yang bisa dibaca oleh OpenOffice Writer. Begitu pula untuk setiap software lainnya.
Jika ada software yang alternatif open source-nya tidak Anda temukan, cobalah cari tau apakah Wine bisa membuat software Anda yang hanya bisa berjalan di Windows itu bisa berjalan di Linux. Wine adalah program yang mengemulasikan lingkungan Windows di Linux.
Dan jika Wine-pun tidak bisa menjalankan software tersebut di Linux, ehm... tampaknya Anda tidak bisa migrasi total, sebaiknya dual-boot saja.

3. Kalau Anda sekedar ingin coba-coba Linux, gunakan LiveCD atau Virtual Machine. Beberapa distro Linux menyediakan LiveCD atau LiveDVD, sehingga kita bisa menjalankan sistem operasi Linux tanpa harus menginstallnya terlebih dahulu. Jika distro yang ingin Anda coba tidak menyediakan LiveCD atau Anda ingin lebih serius dari sekedar LiveCD, Anda bisa menggunakan software virtual machine, untuk membuat seolah-olah ada komputer baru di dalam komputer Anda. Contoh software virtual machine ini adalah Virtualbox, salah satu software open source juga.

4. Untuk permulaan migrasi, installah Linux tanpa menghapus Windows (dual-boot). Siapa tahu suatu saat nanti Anda ingin menjalankan program yang hanya bisa berjalan di Windows, misalnya untuk bermain DotA, atau ada hardware tertentu yang driver-nya cuma ada untuk Windows. Jadi, meskipun saya pemegang prinsip monogami untuk selamanya, untuk urusan sistem operasi saya sarankan untuk "poligami" dulu saja (*nyambung ga ya*) ;D .. Dan jangan lupa untuk mengeset default dari bootloader ke sistem operasi yang open source ;).

5. Bergabung di komunitas open source. Dari sekarang mulailah berbaik-baik terhadap teman-teman Anda yang lebih dulu menggunakan Linux. Bergabung ke milis komunitas open source juga pilihan yang baik. Jadi, kalau kelak ada masalah, Anda tahu ke mana harus bertanya.

6. Take action! Buang software-software bajakan Anda yang sudah bisa digantikan perannya dengan software open source.

Selamat menikmati software legal dengan biaya terjangkau, atau bahkan tanpa biaya :).

Cheers!

Kekurangan Linux

Saya hanya berusaha seobjektif mungkin dalam mengulas suatu teknologi, sehingga tidak terkesan seperti salesman yang hanya bisa memaparkan kelebihan produknya 😁

Tiada gading yang tak retak. Selain memiliki berbagai keunggulan yang bermanfaat untuk pribadi maupun korporat, software open source (dalam hal ini, sistem operasi Linux) juga memiliki kekurangan. Adapun kekurangan dari Linux (jika dibandingkan dengan Windows) adalah sebagai berikut:

1. GAME

Belum ada perusahaan game sekelas Blizzard, EA Sports, dsb yang menyediakan gamenya dalam versi non-Windows. Mereka seolah-olah hanya mengenal satu sistem operasi, Windows. Hal ini bisa dimaklumi karena pasar sistem operasi sekarang masih dikuasai oleh Microsoft. Oleh karena itu, jika Anda adalah seorang gamer mania, saya pikir Anda tidak bisa migrasi total ke Linux. Meskipun demikian, hal ini bukan berarti tidak ada game di Linux. Ada banyak game yang bisa dimainkan di Linux, bahkan ada yang open source, meskipun mungkin tidak semenarik yang bisa dimainkan di Windows.

Solusi: Jika Anda tetap ingin migrasi ke Linux, coba jalankan game tersebut dengan Wine, yakni software yang bisa mengemulasikan lingkungan Windows di Linux. Ada banyak software Windows-based yang bisa dijalankan di Linux. Di sana disebutkan bahwa Warcraft III pun bisa dimainkan di Linux, meski sayangnya belum bisa DotA. Btw, apakah game Anda legal, bukan bajakan? 🙈

2. HARDWARE

Hampir semua vendor hardware menyediakan driver untuk Windows. Hal ini lah yang membuat Windows kompatibel dengan berbagai hardware. Dengan market share Windows yang luas, vendor hardware akan out of business jika tidak membuat driver untuk Windows. Sayangnya, belum berlaku hal yang sama jika mereka tidak membuat driver yang cocok dengan kernel Linux. Meskipun demikian, saat ini sudah makin banyak vendor hardware yang membuat driver untuk Linux.

Solusi: Tukar-tambahkan saja hardware Anda dengan hardware yang sudah didukung Linux, atau belilah lisensi Windows asli. Silakan lakukan perhitungan yang cermat, mana yang lebih menguntungkan? 😁

3. BELUM BANYAK PENGGUNA

Dengan Windows, saat Anda mengalami masalah, Anda bisa langsung bertanya siapapun apakah pernah mengalami masalah yang sama. Hal ini dikarenakan hampir semua orang di bumi ini tahu dan menggunakan Windows.

Solusi: Jika ada masalah, silakan cari solusinya di forum-forum diskusi Linux, milis Linux, atau channel IRC tertentu. Saat ini sudah banyak grup, baik di dunia maya maupun di dunia nyata, yang akan dengan senang hati membantu Anda mengalami masalah dengan Linux.

Semoga bermanfaat 🙏🏽


Mitos Seputar Open Source

Mungkin saat ini Anda mulai tertarik dengan software open source, tapi Anda kembali ragu karena ada isu negatif terkait open source? Berikut ini beberapa mitos negatif seputar software open source beserta penjelasannya.

1. Open source hanya untuk ahli IT
Mitos ini mungkin terkait dengan anggapan orang awam bahwa Linux itu njelimet, rumit, bikin hidup susah, dan lain sebagainya padahal ia sama sekali belum pernah mencobanya. Atau, pernah mencobanya sekali-sekali, merasa "kok nggak sama kayak yang biasa gue pake yah", dan lalu meninggalkan tanpa pernah mau sedikit beradaptasi. Jadi, inti persoalannya adalah masalah ADAPTASI. Lagipula, open source bukanlah sebatas Linux. Dengan menggunakan Firefox untuk browsing, maka Anda telah menggunakan software open source, begitu halnya untuk software-software open source lainnya. Nah, open source bukan untuk ahli IT saja kan :).

2. Software open source susah didapat
Wah, ini sih masalah ketidaktahuan saja. Hampir semua pembuat software pasti menyediakan sebuah alamat web agar pengguna bisa men-download softwarenya, termasuk open source. Mungkin mitos ini maksudnya "Saya pakai Linux, lalu di mana saya bisa mencari software yang saya butuhkan? Kok saya tidak menemukannya di mall X atau di pinggir jalan Y (refers to penjual cd program bajakan :)." Nah, kalau ini maksudnya, Anda tetap bisa men-download software yang Anda butuhkan di web resmi software tersebut. Atau, Anda bisa memanfaatkan repository dari distro Linux yang Anda gunakan, baik melalui Internet maupun melalui DVD Repository. Murah loh, hanya dengan 5-6 DVD Repository, Anda sebenarnya sudah memiliki ratusan software open source :). DVD Repository ini bisa Anda pesan dari organisasi-organisasi pendukung open source, seperti POSS, Klub Linux, kambing.ui.edu, dll.

3. Tidak cocok untuk perusahaan/bisnis
Banyak perusahaan yang menganggap software open source itu tidak cocok untuk dijalankan di skala enterprise, entah karena gengsi atau dianggap murahan. Hal ini jelas-jelas salah. Dengan strategi IT yang cermat, open source bisa menguntungkan perusahaan. Bahkan, ada perusahaan pengamat pasar yang mengatakan bahwa 85% perusahaan besar menggunakan open source.

4. Open source tidak reliable
Tahukah Anda bahwa infrastruktur Internet yang kita gunakan sekarang ini dibangun oleh software open source? DNS (Domain Name System), sistem yang memberi penamaan pada alamat IP, menggunakan software open source: BIND, yang mana merupakan salah satu program paling critical di dunia. Lalu, untuk urusan web server, software open source pun mendominasinya (lebih dari 60% website di dunia), yakni Apache, yang biasa juga dijalankan di atas sistem operasi open source, baik FreeBSD maupun Linux. Dan masih banyak software open source yang mendukung teknologi Internet sejak awal kelahiran Internet. Kalau Anda pikir open source tidak reliable, berarti Internet juga tidak reliable dong. Masih berpikir open source tidak reliable ? :)

Nah, dengan penjelasan di atas, saya rasa kita tidak perlu lagi mempermasalahkan mitos-mitos tentang software open source di atas. Semoga bermanfaat... :)

Open Source, Solusi di Masa Krisis

Saat ini dunia sedang mengalami krisis ekonomi global. Hampir semua perusahaan di seluruh dunia terkena imbas dari krisis ini. Krisis keuangan biasanya menyebabkan suatu perusahaan terpaksa melakukan penyesuaian di seluruh bagian perusahaan tersebut, termasuk di bidang teknologi sistem informasi yang digunakan.

Bagaimanakah peran software open source dalam menghadapi krisis ekonomi global?

Dalam kondisi ekonomi seperti ini setiap perusahaan pasti akan berusaha melakukan penghematan. Perusahaan tentu akan memilih software open source daripada software proprietary yang akan menguras kas perusahaan. Alasannya sederhana, software open source jauh lebih menghemat uang! Perusahaan bisa mencari software serupa di repository, seperti SourceForge atau Google Code, lalu melakukan modifikasi terhadap aplikasi yang didapat (jika diperlukan).

Penghematan bisa juga dilakukan dengan melakukan migrasi dari software proprietary ke open source. Contoh penghematan dengan cara migrasi misalnya dengan menggunakan perangkat lunak berikut:
  • OpenOffice ($0), sebagai ganti Microsoft Office 2007 ($110 untuk Home & Student Edition atau $315 untuk Standard Edition)
  • Mozilla Thunderbird ($0), sebagai ganti Outlook 2007 ($90) -- atau gunakan Evolution ($0)
  • GnuCash ($0), sebagai ganti Quicken ($30 untuk Starter Edition), sebuah aplikasi akuntansi
  • Alfresco ($0), sebagai ganti SharePoint ($5000 hanya untuk 5 user ... WOW!!) *sudah termasuk harga SQL Server dan Windows Server 2008 yang digunakan untuk menjalankan SharePoint
  • Linux ($0), sebagai ganti Windows ($ ??), belum termasuk Norton Internet Security 2009 ($50) -- dan doa pengusir virus :)

Daftar penghematan di atas masih bisa ditambah lagi apabila perusahaan melakukan migrasi untuk aplikasi-aplikasi proprietary lainnya dan beralih ke aplikasi open source alternatifnya.

Masih belum yakin bahwa open source bisa menghemat keuangan perusahaan? Mari kita ambil sebuah contoh kasus (dari Sun Microsystem, yang (konon katanya) merupakan perusahaan penyumbang kode open source terbesar). Misalkan, ada sebuah perusahaan, dengan kira-kira 1000 pegawai, menjalankan bisnisnya dengan 20 dual-core server aplikasi dan 10 dual-core server basis data. Jika perusahaan tersebut menggunakan aplikasi proprietary (dalam hal ini WebLogic Enterprise & Oracle Enterprise), maka perusahaan tersebut akan mengeluarkan dana sebesar U$3,237,000 selama 3 tahun. Sedangkan jika perusahaan mengunakan aplikasi open source (dalam hal ini Glassfish Enterprise Server & MySQL Enterprise Gold), maka perusahaan tersebut hanya akan mengeluarkan dana sebesar US$240,000. Detail perhitungan bisa dilihat di sini. Jadi, pada kasus di atas open source bisa menghemat anggaran perusahaan sebesar US$ 2,997,000 dalam 3 tahun!

Dengan aplikasi open source, perusahaan akan hanya mengeluarkan biaya untuk deployment, support, atau subscription saja. Hal ini juga terjadi jika perusahaan memilih untuk menggunakan aplikasi proprietary. Bedanya, aplikasi open source tidak membutuhkan biaya lisensi.

Jadi, jawaban untuk pertanyaan pembuka tulisan ini adalah: Open source bisa menjadi solusi di masa krisis karena bisa membantu penghematan finansial. Nah, ngapain juga buang-buang uang kalau ada pilihan lain yang menghemat banyak uang? ;)

Cheers!

Software Open Source Alternatif

Perangkat lunak open source sering kali diidentikkan dengan Linux, dan Linux sering kali diidentikkan dengan sistem operasi yang kurang "manusiawi". Karena itu, orang-orang sering menganggap bahwa semua perangkat lunak open source tidaklah sebagus perangkat lunak komersial. Apakah benar demikian?

Untuk pernyataan yang kedua, Linux kurang "manusiawi", saya rasa tulisan saya sebelumnya, "Kenapa Linux?", sudah menjawabnya dengan kesimpulan bahwa Linux merupakan sistem operasi yang ramah-pengguna. Nah, untuk pernyataan pertama, perangkat lunak open source diidentikkan dengan Linux, hal ini tidaklah tepat. Perangkat lunak open source itu tidak sebatas pada sistem operasi Linux, dan tidak hanya aplikasi-aplikasi yang berjalan di atas Linux. Ada banyak perangkat lunak open source yang bisa berjalan di sistem operasi komersial, seperti Windows atau Mac OSX. Kualitas perangkat lunak open source pun tidak kalah dengan yang komersial, bahkan ada yang lebih baik.

Berikut ini adalah beberapa perangkat lunak open source sebagai alternatif dari perangkat lunak komersial yang biasa kita gunakan sehari-hari.

KOMERSIAL OPEN SOURCE
Perkantoran
Microsoft Office OpenOffice
Microsoft Project OpenProj, Open Workbench
Adobe Acrobat Profesional PDF Creator
Internet
Internet Explorer Mozilla Firefox
Microsoft Outlook Evolution, Mozilla Thunderbird
Total Commander gFTP
MSN Messenger, YM, ICQ, .. Pidgin
mIRC XChat, Pidgin
Microsoft IIS Apache
Microsoft Exchange Server Zimbra
Multimedia
Winamp, Apple iTunes Amarok, Songbird
Windows Media Player VLC Media Player
Adobe Soundbooth Audacity, Ardour
Keamanan
Norton, Kaspersky, AVG ClamWin, ClamAV
PGP Desktop GnuPG
Grafis
Adobe Photoshop GIMP, Gimpshop
CorelDraw, Adobe Illustrator Inkscape
3ds Max, Maya Blender
AutoCAD BRL CAD, Archimedes
ACD See F-Spot
MovieMaker, Adobe Premier Kino
Kakas Pengembangan
Borland JBuilder, IntelliJ IDEA Eclipse, Netbeans
Borland Delphi Lazarus
Microsoft Visio DIA, StarUML, ArgoUML
Basis Data
Oracle Database, SQL Server PostgreSQL, MySQL
Microsoft Access OpenOffice Base, SQLite
Numerik
MATLAB Octave, Scilab
Maple Maxima, Sage
Lain-Lain
Partition Magic Gparted
Nero Burning Rom Brasero, K3B
VMware Virtualbox
Winzip, Winrar 7-Zip
Flight Simulator X Flight Gear

Daftar di atas merupakan perangkat lunak yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Aplikasi open source alternatif yang dituliskan di atas merupakan aplikasi yang direkomendasikan karena merupakan aplikasi yang sudah banyak dipakai (termasuk oleh saya) dan kinerjanya cukup memuaskan.

Adakah aplikasi komersial pada daftar di atas yang versi bajakannya sering Anda gunakan?? Kalau ada (dan pasti ada kan :), mari kita pakai open source software =).

OSGX, Linuxnya Anak ITB

Mungkin judul di atas sedikit berlebihan, terkesan menggeneralisasi bahwa semua distribusi Linux yang digunakan oleh civitas akademik ITB adalah OSGX. Perlu diperhatikan, bahwa distro Linux yang digunakan oleh warga ITB saat ini ada bermacam-macam, antara lain: Ubuntu, Fedora, PCLinuxOS, dll. Kata-kata "Linuxnya Anak ITB" di atas merupakan tagline yang saya berikan untuk OSGX, sebuah distro Linux yang pernah saya dan teman-teman kembangkan. Tulisan berikut akan mengulas tentang OSGX sebagai sistem operasi open source alternatif yang patut diperhitungkan, khususnya oleh civitas akademik ITB.

Apa itu OSGX?

OSGX merupakan distro Linux untuk pendidikan di Indonesia, khususnya ITB. OSGX merupakan sistem operasi yang dilengkapi dengan berbagai aplikasi yang dibutuhkan oleh civitas akademik, baik perkuliahan maupun kebutuhan lainnya.

Distro Linux?

Saat pertama mendengar kata "distro" yang terlintas di pikiran kita mungkin adalah sebuah factory outlet yang kini sedang menjamur di kota Bandung. Sesungguhnya, yang dimaksud dengan distro Linux di sini sangat jauh artinya dari distro factory outlet tersebut. Linux sebenarnya hanyalah sebuah kernel, yakni inti level rendah dari sebuah sistem operasi yang diimplementasikan secara bebas (gratis) yang serupa dengan UNIX. Sedangkan distribusi Linux (atau distro Linux) adalah sebuah bundel sistem operasi yang terdiri dari kernel dan aplikasi-aplikasi lainnya.

Mengapa OSGX?

Saat ini sudah ada banyak distro Linux yang sangat populer, seperti Ubuntu, Fedora, PCLinuxOS, dll. Lantas, mengapa saya dan teman-teman malah membuat distro Linux lagi? Sebelum menjawabnya, saya ingin sedikit berbagi cerita.

Saya pertama kali mengenal Linux tahun 2004 ketika baru menjadi mahasiswa. Saat itu asisten mewajibkan praktikum harus di atas Linux (Fedora). Beberapa waktu kemudian, saya ingin menginstal Linux di komputer rumah dan kebetulan saat itu saya memiliki CD Ubuntu. Setelah berhasil menginstalnya, saya kecewa karena tidak bisa meng-compile program seperti yang biasa saya lakukan di lab. Akhirnya saya pindah haluan ke Fedora (distro yang diinstal di lab) dan urusan meng-compile program pun beres. Lalu, ada keinginan untuk mendengarkan musik atau menonton film sambil coding, dan ternyata Fedora tidak bisa memenuhinya karena codec-nya belum didukung. Begitu juga untuk meng-compile Pascal atau Java, ternyata secara default Fedora belum mendukungnya.

Dulu saya tidak tahu di mana saya bisa men-download aplikasi-aplikasi yang saya perlukan karena ada begitu banyak dependensi pada aplikasi-aplikasi yang berjalan di Linux. Setelah men-download installer suatu aplikasi, ternyata aplikasi tersebut tidak bisa diiinstal karena butuh aplikasi lainnya, begitulah masalah dependensi di Linux. Beberapa waktu kemudian, saya akhirnya tahu bahwa ternyata distro-distro Linux pada umumnya menyediakan suatu server repository, di mana pengguna bisa men-download, menginstal, atau meng-upgrade aplikasi melalui sistem repository tersebut dengan sangat mudah dan tentunya gratis. Sayangnya, menghubungkan komputer di rumah dengan server repository tersebut adalah hal yang sulit karena keterbatasan akses Internet yang saya miliki (koneksi saya masih dialup GPRS).

Nah, beranjak dari situ kami berempat (saya, Wisnu, Paul, Ahmy) yang memiliki pengalaman yang tidak jauh beda, berinisiatif untuk membuat sebuah distro Linux yang lengkap dengan seluruh aplikasi yang dibutuhkan oleh target pengguna. Karena target pengguna OSGX adalah civitas akademik ITB, maka OSGX berisi aplikasi-aplikasi untuk perkuliahan sesuai dengan masing-masing jurusan. Dengan demikian, pengguna cukup menginstal distro Linux ini dan seluruh aplikasi yang dibutuhkannya sudah tersedia, tanpa perlu memikirkan bagaimana dan dari mana men-download aplikasi yang diperlukan di dalamnya. Software yang dibundel di dalam OSGX merupakan free/open source software (FOSS) alternatif dari proprietary software yang biasa digunakan oleh pengguna.

Dengan demikian, OSGX bisa menjawab 2 masalah utama pengguna Linux awam pada umumnya, yakni: isu sulitnya mencari software yang dibutuhkan (karena tidak tahu ada repository), dan infrastruktur Internet tidak memadai untuk men-download dari repository.

Fitur OSGX?

Dalam mengembangkan OSGX ini, kami mengadakan survey ke calon pengguna. Dari survey tersebut didapatkan bahwa kebutuhan utama pengguna OSGX adalah akademik, hiburan, dan internet. Dari situ, kami menyusun program-program apa saja yang harus dimasukkan ke dalam OSGX. Hasilnya, untuk saat ini sudah tersedia 3 versi OSGX, yakni:
  1. OSGX 1.0 Basic, mendukung multimedia dan kebutuhan umum lainnya, tapi belum ada aplikasi penunjang akademik yang spesifik untuk program studi tertentu.
  2. OSGX 1.0 Informatics, untuk program studi Teknik Informatika, kebanyakan berisi development tools yang open source.
  3. OSGX 0.8 Full, untuk semua program studi di ITB.

Adapun daftar perangkat lunak yang terkandung di dalamnya, bisa dilihat secara lengkap di sini. Penasaran? Langsung saja download, dan silakan menginstalnya atau gunakan DVD tersebut sebagai LiveCD. LiveCD artinya menggunakan OSGX tanpa menginstalnya ke harddisk dan tanpa kuatir akan mempengaruhi data Anda di harddisk.

Bagaimana memperoleh OSGX?

OSGX bisa Anda peroleh secara gratis yakni dengan cara men-download berkas .iso nya di sini, lalu silakan Anda burn ke dalam DVD, dan mulai menggunakannya, serta membagi-bagikannya. Selain itu, kami juga membagi-bagikan DVD-nya secara gratis pada acara-acara tertentu, seperti pada acara seminar "Open Source, A New Way in Education" yang lalu. Ada kemungkinan bulan depan kami membagi-bagikan DVD OSGX gratis lagi loh :).



Ingin berkontribusi di OSGX?

Silakan saja langsung bergabung di osgx community. Kami akan senang hati jika Anda mau bergabung bersama kami, baik dalam tim development maupun tim artwork. Alangkah bagusnya jika ada edisi OSGX khusus untuk program studi / fakultas Anda, misalnya OSGX Science, OSGX Industrial, dll :), hal ini saya pikir lebih baik dibandingkan OSGX Full Edition.

Akhir kata, pengembangan OSGX ini adalah contoh nyata keunggulan software open source. Jika kita merasa tidak cocok dengan software open source yang ada, kita bisa dengan legal memodifikasinya untuk kebutuhan kita. Hal ini lah yang tidak akan bisa kita dapatkan jika kita menggunakan software proprietary. :)

[update 2010] Karena kesibukan masing-masing pengembang, project OSGX ini terpaksa kami discontinue :(. Jika ingin menanyakan hal-hal berkaitan tentang OSGX, silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Terima kasih.

Kenapa Linux?

Saat ini Linux sudah menjadi sistem operasi utama saya. Setiap kali saya menyalakan laptop, secara default dia akan menjalankan sebuah sistem operasi yang sifatnya free dan open source, Linux. Distro Linux yang saya gunakan saat ini adalah Ubuntu 8.10 (untuk laptop), selain OSGX 1.0 Informatics tentunya (untuk komputer di rumah :).

Belum banyak orang menggunakan Linux sebagai sistem operasi utamanya. Berikut ini adalah beberapa alasan kenapa saya berani menggunakan Linux sebagai sistem operasi utama saya.

1. Free

Gratis..tis..tis.. Kita bisa mengunduh, menduplikasi, membagi-bagikan, dan menggunakan sistem operasi Linux secara bebas, tanpa kuatir kita akan melakukan pelanggaran HAKI. Dengan demikian setidaknya ada 2 manfaat dari hal tersebut:

a. Menghemat uang sebanyak ratusan US$, yang mana sebagian besar uang tersebut akan masuk ke negara lain, tidak akan beredar di Indonesia. Semoga saja uang tersebut tidak digunakan untuk menjajah bangsa kita di bidang ekonomi.

b. Menghormati HAKI dengan tidak melakukan pembajakan. Saya rasa hal ini akan mengurangi dosa dan membawa pahala :).

2. Open Source

Tidak puas dengan distro Linux yang sekarang ada? Kita bisa memodifikasi Linux semaunya, lalu membagi-bagikannya ke teman-teman Anda. Hal ini legal! Mau dinamai dengan nama yang anehjuga boleh, misalnya JamuPegeLinux :P. Hal memodifikasi distro Linux ini pernah saya lakukan bersama teman-teman saya, yang akhirnya menghasilkan OSGX, sebuah distro Linux buat civitas akademik ITB :).

3. Tampilan Keren

Banyak orang yang berpikir bahwa Linux identik dengan sebuah layar hitam dengan baris-baris kode bagai di film The Matrix, yang hanya akan dimengerti oleh orang-orang nerd :P. Hahaha,,, kalau itu maksudnya Terminal/Console, yeah that's an art on Linux :P, but fortunately it's not only for nerd :). Tapi tahukah Anda, bahwa Linux itu juga memiliki tampilan yang sangat manusiawi :). Dengan dukungan desktop environment, seperti GNOME atau KDE, Linux tidak akan semengerikan yang Anda bayangkan. Bahkan dengan dukungan dari Compiz Fusion, saya jamin tampilan Linux lebih bagus dari Windows!! Bahkan tampilan Linux tidak akan kalah dari Mac OSX yang selama ini diagung-agungkan karena tampilannya yang mempesona :D. Compiz Fusion rocks!!







4. Bebas virus

Hari gini masih kena virus :P. Virus komputer merupakan hal yang paling dibenci oleh pengguna komputer, apalagi jika virus tersebut menyerang berkas-berkas penting kita atau menyerang di saat deadline menghadang. Beruntung, sistem operasi utama saya sebelum Linux adalah Win98, yang mana beberapa virus malah bingung itu makhluk apaan :P. Fyi, saya masih memakai Win98 sampai akhir tahun 2007, hohoho so oldies XD. Meskipun sekarang banyak juga antivirus canggih yang beredar, tetap saja virus sudah ada sebelum antivirusnya ada. Lagipula, coba cek task manager Anda, berapa % CPU & Memory yang dikonsumsi oleh antivirus Anda?? :D. Kabar baiknya, tidak ada virus di Linux!* :)

5. Biar gaya!

Ini mungkin alasan saya yang paling subjektif. Menurut saya, menggunakan Linux itu bikin lebih gaya :D. Seperti pengguna Macbook yang akan terkesan stylish, karena desainnya yang dinilai elegan (meskipun kebanyakan gagap juga saat menggunakan Mac OSX), begitu juga menurut saya pengguna Linux akan terkesan techie atau geek :).

Tertarik dengan Linux? Anda bisa mulai menginstallnya pada komputer Anda, sehingga memiliki dual OS (dua sistem operasi pada satu komputer). Apapun sistem operasinya, yang penting legal! ;)

Tulisan ini ditujukan supaya pembaca memiliki ketertarikan pada Linux, sehingga Linux bisa menjadi sistem operasi alternatif yang patut diperhitungkan. :)

YM Bible

Ladies and gentlemen, let me introduce my simple project, YM Bible :)


YM Bible is Yahoo messenger bot for auto-replying Bible verse request. If you are online and want to read any verse from Bible, but you don't bring your Bible, just send a message to YM Bible, then it will give you the verse. And of course, this service is free to use :).

To use YM Bible,
  1. (Optionally) Add ym_bible as your friend on your Yahoo messenger.
  2. Send a message to ym_bible, for example: "Yohanes 3 : 16", then you'll receive the verse :)


Today it only supports bible in Bahasa Indonesia (Terjemahan Baru). I still gave "Beta" for its released version, so please give me feedback after you use it.

[Update 2009] Sorry.. since I graduated from my college, I have no access to any server for YM Bible hosting. This service is not available for now.