Bersepeda Jakarta-Bogor

Seminggu yang lalu, 21 November 2020, adalah pertama kalinya saya bersepeda > 100 km, dari Jakarta ke Bogor dan langsung balik ke Jakarta lagi.

Ini merupakan salah satu pengalaman paling seru selama saya bersepeda, karena jarak tempuh terjauh saya sebelumnya hanya sekitar 60 km. Selain itu, ini juga merupakan Gran Fondo pertama saya di Strava.

Tulisan ini merangkum apa saja riset, persiapan, dan pengalaman yang saya alami untuk solo ride ini. Semoga bermanfaat dan tetap jaga kesehatan! :)

My first Gran Fondo: Pejaten - Kebun Raya (round trip)


Research
Ada tiga hal yang saya cari tahu secara detail sebelum gowes > 100 km, yaitu: track (jalur perjalanan), pit stop (untuk istirahat pendek), dan cafe (untuk istirahat panjang dan ngopi-ngopi setelah sampai di tujuan).

Untuk jalur perjalanan, ada tiga alternatif jalur sepeda dari Jakarta ke Bogor, yaitu: via Jl. Raya Bogor (44.6 km), via Margonda - Citayam (44.6 km), atau via Parung (54.2 km). Informasi jarak tempuh yang saya tulis di sini adalah jarak dari kantor saya di Pejaten Barat (Jakarta Selatan) menuju Kebun Raya Bogor, satu arah perjalanan.

Dari ketiga alternatif jalur tersebut, saya cek kondisi jalanannya melalui Google Street View untuk memilih jalur mana yang aspalnya bagus dan relatif datar. Pada akhirnya saya memilih jalur via Jl. Raya Bogor karena itu yang paling familiar bagi saya dan ada banyak tukang ban di sepanjang jalan.

Sebagai pesepeda pemula, saya biasanya istirahat sekitar 5 menit setiap gowes 15-20 km sekadar untuk relaksasi pantat, minum air putih, dan cek kondisi sepeda. Ada dua pit stop saya kemarin, yaitu di persimpangan Tol Cinere-Jagorawi (km ke-16) dan di depan Cibinong City Mall (km ke-30).

Tempat tujuan utama saya jelas Kebun Raya Bogor, karena saya belum pernah ke sana sebelumnya. Harga tiket masuknya Rp 15.000 per orang, ditambah Rp 5.000 per sepeda. Lalu, untuk cafe tempat saya sarapan (brunch), saya cek di Google Maps, Zomato, dan tanya teman-teman yang tinggal di Bogor.

Preparation
Ada tiga hal yang saya persiapkan sebelum gowes > 100 km, yaitu kondisi fisik, kondisi sepeda, dan prakiraan cuaca.

Untuk kondisi fisik, saya mempersiapkan stamina saya dengan rutin jogging setiap hari selama satu minggu. Selain itu, saya usahakan tidur yang cukup semalam sebelum gowes. Hindari makanan aneh-aneh pada hari sebelumnya.

Untuk kondisi sepeda, ada beberapa bagian yang biasanya selalu saya cek, yaitu: karet rem, tekanan ban, serta oli pada rantai dan gir. Selain itu, di tas kecil saya pun selalu sedia pompa tangan, kunci L, dan kunci pas.

Untuk prakiraan cuaca, saya cek tiga sumber, yaitu aplikasi bawaan Google di Android (sumbernya dari Weather.com), Accuweather (untuk second opinion karena kadang lebih akurat), dan BMKG. Prediksi cuaca per jam yang disediakan Weather.com dan Accuweather sangat membantu kita kapan harus pulang, apakah perlu bawa jas hujan, dan apakah tetap berangkat atau tidak.

Journey
Saya bangun jam 5 pagi, lalu berangkat dari rumah jam 5.40 atau sekitar waktu matahari terbit di Jakarta saat itu, supaya jalanan sudah terang.

Untuk menjaga stamina, saya tidak terlalu ngebut, rata-rata kecepatan saya di bawah 20 km/jam. Lagipula, sepeda saya pun hanya urban bike biasa (6-speed) berbahan besi, bukan road bike berbahan karbon. 🙈

Saya tiba di pit stop kedua, di Cibinong, sekitar jam 7 pagi. Istirahatnya lumayan lama, hampir 30 menit, karena harus menunggu Iman, teman yang berangkat dari rumahnya di Bojong, lalu bareng ke Bogor.

Kami tiba di Kebun Raya Bogor sekitar jam 8.30. Sudah banyak orang yang berolahraga, baik di luar maupun di dalam Kebun Raya. Kami putar-putar santai di dalam Kebun Raya selama lebih dari 1 jam (8 km++), sebelum akhirnya sarapan di "Kedai Kita", restoran keluarga rekomendasi Bram, teman yang tinggal di Bogor.

Lepas masker sejenak untuk swafoto

Perjalanan pulang dimulai dari sekitar jam 10.40. Cuacanya cukup menantang karena cukup panas, lalu tiba-tiba hujan. Supaya tidak bosan, saya ambil jalur pulang yang sedikit berbeda, yaitu belok dari Jl. Raya Bogor via Margonda - Pasar Minggu (50.5 km).

Saya akhirnya sampai di rumah sekitar jam 13.30. Total waktunya hampir 8 jam, di mana 5.5 jam untuk gowes sepanjang 103.2 km, dan diselingi 2.5 jam istirahat. Akhir pekan yang cukup melelahkan tapi menyenangkan. Sampai jumpa di Gran Fondo yang selanjutnya!


***
Setelah perjalanan di atas, saya jadi sering bersepeda Jakarta-Bogor-Jakarta terutama jika bingung mau Gran Fondo ke mana lagi. Sekarang saya jadi lebih suka ambil jalur berangkat lewat Parung, lalu pulangnya eksperimen lewat jalur Jl. Raya Bogor atau lewat Bojong.






***
PSA: Prioritas utama dari menjaga kesehatan itu seharusnya pola hidup sehat: makan yang sehat, rajin olahraga, dan tidur yang cukup. Prioritas berikutnya, khususnya di saat pandemi, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

7 comments :

kemanayo said...

thanks sharingnya mas

Siogie.com said...

Keren sharingnya. Jika ngga ada halangan, minggu depan meluncur juga ke Gran Fondo Bogor ✌🏻😁

Wijaya said...

Sepedaan santai tapi menyenangkan, suatu hari sy akan sepedaan jakarta-Bogor-jakarta
Seperti yg sy lakukan 35 thn yl lewat patung
Salam gowes 🚴🏻‍♂️

Dedyw said...

Ada yg punya pengalaman...jkt - hambalang pp...gmn jalurnya apakh jln nya cukup baik kondisi aspalnya

Unknown said...

Sangat informatif dan menggugah semangat sepedaan Jakarta - Bogor - Jakarta

Saleh Iqbal said...

Share route nya dong , saya dari lebak bulus biasanya hanya sampai kekebun di tajurhalang PP 66KM,mau coba rute 100km juga d jalan raya bogor pulang lewat parung pondok cane lebak bulus

Unknown said...

Lah rumah ku dijakbar jadi sekitar 60 kilo ke Bogor wkwk