Beasiswa Luar Negeri

Salah satu impian semasa jadi mahasiswa S1 dulu adalah mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 (dan S3) di luar negeri. Meskipun kualitas beberapa universitas di dalam negeri (ITB, UI, UGM) sudah lebih baik dari banyak kampus di luar negeri, masih lebih banyak universitas top di luar negeri yang jauh lebih unggul di bidang keilmuan tertentu. Selain itu, keinginan untuk bisa jalan-jalan menjelajah negeri baru dan hidup di budaya yang baru pun turun memotivasi saya dan anak-anak Indonesia lainnya untuk melanjutkan studi di luar negeri.

In front of KAIST, Daejeon Campus

Saya beruntung bisa memperoleh beasiswa di universitas teknik terbaik di Korea Selatan untuk program studi yang saya minati. Berdasarkan pengalaman saya tersebut, ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri:
  1. Letter of Acceptance (LoA) dari universitas yang dituju.
  2. Sumber beasiswa untuk biaya kuliah (tuition fee) dan biaya hidup.

Sebelum mendapatkan LoA, tentu kita harus menentukan universitas mana yang mau dituju. Biasanya ada dua pendekatan dalam menentukan di universitas mana kita mau melanjutkan studi:
  1. Pendekatan #1 : Tentukan dulu negara yang mau dituju, baru pilih universitas yang memiliki program studi sesuai dengan minat dan kemampuan kita.
  2. Pendekatan #2 : Tentukan dulu program studi yang sesuai minat kita, baru pilih negara dan universitas yang sesuai dengan kemampuan kita.

If possible, always choose what you love.

Pendekatan #1 biasanya dipilih oleh orang-orang yang sudah ngefans dengan suatu negara karena faktor budaya, klub sepakbola favorit, grup band favorit, jaraknya dari Indonesia, adanya kerabat di negara tersebut, kedekatan geografisnya dengan negara-negara lain yang ingin dikunjungi, dsb. Setelah tahu negara mana yang mau dituju, silakan googling "study in <country name>", misalnya /search?q=study+in+england.

Pendekatan #2 biasanya dipilih oleh orang-orang yang sangat passionate di bidangnya, yang ingin belajar dari para ahli terbaik di bidangnya. Ada beberapa cara untuk mendapatkan informasi top major ini, antara lain dari ranking universitas di dunia (meskipun agak bias ke negara tertentu atau parameter ranking tertentu), serta referensi dari dosen di kampus. Beberapa referensi ranking antara lain Times Higher Education, Quacquarelli Symonds, Shanghai Ranking, atau bisa juga dengan googling "best <major name> program", misalnya /search?q=best+computer+science atau /search?q=best+IT+MBA

Sebetulnya ada lagi Pendekatan #3, yaitu tentukan dulu beasiswa apa saja yang kita memenuhi syarat serta memiliki minat dan kemampuan untuk meraihnya, lalu baru menentukan negara dan universitas dari afiliasi beasiswa tersebut. Pendekatan ini sepertinya menjadi tidak terlalu populer sejak adanya beasiswa LPDP yang memungkinkan kita bisa mendaftarkan diri ke universitas manapun dengan dukungan pembiayaan dari pemerintah.

Subjective things are more influential if all candidates are really good.

Setelah tahu universitas apa dan negara mana yang akan dituju, langkah terpenting selanjutnya adalah BACA semua persyaratan yang diperlukan agar diterima di universitas tersebut. Biasanya ada tujuh persyaratan umum yang diperlukan ketika kita mendaftar universitas di luar negeri, yaitu:
  1. Transcript – Pastikan jenjang studi kita di strata sebelumnya diakui oleh universitas / negara tujuan, serta pastikan transcript nilai kita mencakup nama-nama mata kuliah dalam bahasa Inggris dan ada keterangan definisi nilai / IP kita, misalnya nilai A itu indeks untuk nilai berapa sampai berapa atau untuk berapa % teratas dari kelas kita.
  2. English Proficiency Test (TOEFL / IELTS / TOEIC) – Jenis sertifikasi biasanya tergantung negara tujuan, sedangkan batasan nilai minimum biasanya tergantung negara tujuan dan program studi tujuan. Kuliah di bidang non-teknik / non-sains di English-speaking countries biasanya butuh nilai bahasa Inggris paling tinggi.
  3. GMAT / GRE – Test ini biasanya diwajibkan untuk studi pasca-sarjana di Amerika Serikat. Ada universitas yang strict dengan nilai minimum GMAT / GRE, ada juga universitas yang melihat nilai ini sebagai pembanding terakhir jika mendapati beberapa profil kandidat yang sama bagusnya.
  4. Essay – Beberapa universitas top di dunia memiliki pertanyaan-pertanyaan spesifik yang harus dijawab oleh setiap kandidat mahasiswanya. Meskipun demikian, ada "pertanyaan umum" yang biasanya harus dijawab dengan essay, yaitu tentang apa motivasi kita untuk studi di program / universitas tersebut, serta apa yang akan kita lakukan saat dan setelah lulus dari program tersebut. Sell yourself.
  5. Recommendation – Surat rekomendasi dari dosen dan atasan tempat kita bekerja akan sangat membantu kita untuk dipertimbangkan oleh tim seleksi. Sebaiknya minta surat rekomendasi dari dosen yang karyanya diakui dunia internasional, atau lulus dari universitas di luar negeri (apalagi kalau dari universitas yang kita tuju), atau setidaknya kalau profesor di kampus tujuan kita meng-googling namanya akan muncul hal-hal positif dari dosen atau atasan yang merekomendasikan kita.
  6. Resume – Siapkan CV terbaik, tidak perlu menuliskan detail yang tidak penting. Bayangkan diri Anda ada di posisi tim seleksi yang membaca ratusan atau ribuan CV kandidat, dan mengapa Anda harus meloloskan kandidat tersebut. Menurut saya, essay, recommendation, dan resume ini elemen paling penting untuk menentukan seorang kandidat diterima di universitas top di luar negeri atau tidak, karena mayoritas pesaingnya pasti memiliki transcript dan nilai yang sama baiknya atau bahkan lebih baik.
  7. Registration Fee – Kita juga harus siap modal untuk mendaftarkan diri ke universitas tujuan kita. Nilainya variatif, contoh: $80 (KAIST), $250 (Harvard & MIT).

Setelah semua persyaratan administratif dipenuhi dan kita lolos seleksi, biasanya akan ada tahap berikutnya, yaitu Interview. Tahap interview atau wawancara ini biasanya mirip dengan wawancara beasiswa, atau malah wawancara kerja (terutama untuk program MBA). Intinya adalah bagaimana kita meyakinkan si pewawancara bahwa kita benar-benar mengenal diri kita sendiri – terutama terkait kelebihan, kekurangan, daya juang, dan cita-cita kita – serta meyakinkan si pewawancara bahwa kita adalah kandidat yang tepat untuk menjadi mahasiswa di universitasnya. Again, sell yourself.

A Ceremony at Dean's Luncheon (Seoul, 2013)

Setelah berhasil mendapatkan Letter of Acceptance, yeay.. bersyukurlah! :) Satu tahap sudah terlewati, ada satu tahap lagi yang tidak kalah pentingnya, yaitu sumber pembiayaan. Untuk menghitung total seluruh biaya yang dibutuhkan, cek lagi besar biaya kuliah (tuition fee) dari program yang dituju, serta biaya hidup di kota tersebut. Gambaran biaya hidup (living cost) bisa dilihat di The Economist, Numbeo, atau di situs pariwisata/pendidikan masing-masing negara.

Scholarships from Indonesian gov has been becoming popular in recent years.

Berdasarkan negara pemberinya, sumber beasiswa bisa dibagi dua, yaitu dalam negeri dan luar negeri. Dan untuk masing-masing sumber beasiswa tersebut ada yang dari sektor publik (pemerintah), ada juga yang dari sektor swasta (perusahaan, yayasan, universitas).

Beasiswa dari Pemerintah Indonesia merupakan beasiswa yang semakin populer belakangan ini, terutama sejak LPDP menjadi Badan Layanan Umum di tahun 2012. Tingkat persaingannya relatif lebih mudah dibandingkan dengan beasiswa yang pendanaannya dari luar negeri. Meskipun demikian, pelamar harus bersaing dengan ribuan kandidat lain dari Indonesia. Beberapa beasiswa luar negeri dari pemerintah Indonesia, antara lain:
  1. Presidential Scholarship (LPDP)
  2. Beasiswa Magister & Doktor (LPDP)
  3. Beasiswa DIKTI
  4. Beasiswa Unggulan Kemdikbud
  5. Beasiswa TPSDM Kominfo

Beasiswa dari sektor swasta di Indonesia dulu sempat populer sebagai alternatif bagi kandidat yang kesulitan mendapatkan pendanaan beasiswa dari luar negeri. Salah satu beasiswa yang saya ingat waktu itu adalah Overseas MBA Scholarship dari Putera Sampoerna, yang sepertinya kini sudah tidak aktif lagi. Selain itu, beberapa tahun belakangan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia juga punya program beasiswa luar negeri khusus untuk karyawannya, misalnya Telkomsel dan Bank Mandiri.

Beasiswa dari Pemerintah Luar Negeri merupakan sumber beasiswa yang paling populer sejak dulu kala. Ada beberapa motivasi mengapa pemerintah negara maju memberikan beasiswa kepada pelajar dari negara berkembang, antara lain:
  1. Bantuan Sosial – ya murni karena ingin bantu saja. Biasanya dilakukan dengan cara menyalurkan dananya ke yayasan-yayasan pendidikan di negara tersebut, dan cenderung lebih bebas, tidak ada batasan program studi, atau malah dibatasi untuk program studi yang tidak begitu populer.
  2. Investasi Bilateral – biasanya punya kriteria bahwa si penerima beasiswa harus mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Program studi yang biasanya banyak mendapatkan beasiswa ini, antara lain ekonomi, administrasi publik, energi, kesehatan, pengembangan desa, budaya, dsb. Pemerintah negara maju ini berharap mereka yang disekolahkan akan membalas jasa melalui kebijakan-kebijakan di masa yang akan datang.
  3. Brain Gain – negara maju pasti membutuhkan banyak sumber daya manusia yang berkualitas untuk terus meningkatkan perekonomiannya, salah satunya melalui research & development (R&D). Program studi yang banyak mendapatkan beasiswa jenis ini biasanya terkait STEM (science, technology, engineering, mathematics). Dengan fasilitas yang sangat baik dan pendanaan research yang sangat besar, mahasiswa STEM pun pasti tergiur untuk melanjutkan studi (dan karir penelitian) di negara maju karena mereka biasanya susah ngapa-ngapain di negaranya sendiri. Sebenarnya ini merupakan bentuk halus dari human capital fight. 🙊
Berikut ini daftar beasiswa dari pemerintah luar negeri:
  1. Fulbright (Amerika Serikat)
  2. KGSP (Korea Selatan) 
  3. Monbukagakusho (Jepang)
  4. Chevening (Inggris) 
  5. DAAD (Jerman)
  6. StuNed (Belanda) 
  7. Eiffel (Prancis)
  8. Endeavour (Australia)
  9. Erasmus Mundus (Uni Eropa)
  10. Erasmus+ (Uni Eropa)
  11. ASEAN Scholarship (Singapore)

Selain dari pemerintah, beasiswa yang pendanaannya dari luar negeri juga bisa berasal dari sektor swasta seperti universitas, yayasan, atau perusahaan. Biasanya ada dua alasan mengapa universitas di luar negeri juga memberikan beasiswa kepada mahasiswa dari negara asing:
  1. Meskipun universitas top di luar negeri juga mendapat jatah beasiswa dari pemerintahnya, namun jumlahnya masih kurang dari yang mereka butuhkan. Universitas top biasanya membutuhkan mahasiswa research lebih banyak dari rata-rata universitas lainnya. Untuk itu, mereka mengakalinya dengan cara mencari pendanaan sendiri melalui yayasan atau mengalokasikan dana research yang mereka dapat untuk dijadikan beasiswa bagi mahasiswa asing. 
  2. Universitas di negara maju butuh mahasiswa asing berprestasi untuk meningkatkan ranking internasional mereka. Salah satu indikator di sistem ranking THE & QS adalah international diversity, yaitu perbandingan antara mahasiswa (dan staf) asing terhadap mahasiswa (dan staf) lokal.
Berikut ini daftar beberapa beasiswa dari universitas di luar negeri:
  1. KAIST : International Student Scholarship
  2. SNU : Graduate Scholarship for Excellent Foreign Students
  3. Todai : U-Tokyo Fellowship
  4. TU Delft : Excellence Scholarship
  5. UvA : Amsterdam Merit Scholarship
  6. Oxford : Clarendon
  7. Cambridge : Cambridge Trust, Gates Cambridge
Selain universitas, ada juga beasiswa yang berasal dari perusahaan atau yayasan yang cakupannya global, misalnya Ford Foundation dan POSCO Asia Fellowships.

Sekilas tampak ada lebih banyak pilihan beasiswa yang pendanaannya dari luar negeri. Meskipun demikian, hal ini tidak membuat beasiswa tersebut lebih mudah didapatkan dibandingkan beasiswa dari dalam negeri, seperti LPDP, karena kita harus bersaing dengan pelamar lainnya dari semua penjuru dunia.

Kesimpulannya, ada banyak pilihan beasiswa yang tersedia, jadi tidak perlu hanya karena masalah biaya jadi ragu untuk melanjutkan studi di universitas top di luar negeri. Challenge-nya sekarang adalah mampukah kita untuk masuk universitas impian kita di program studi yang kita dambakan. In the end, where there is a will, there is a way. Good luck!

"The only thing worse than starting something and failing... is not starting something." – Seth Godin

2 comments :

Dwi Agus Prasetyo said...

Kalau sudah bayar 80 dollar ke KAIST dan ternyata tidak lolos beasiswanya apakah uang pendaftaran tersebut dikembalikan??

Anggriawan Sugianto said...

@Dwi Agus: Uang pendaftaran tidak dikembalikan.