Pada 11 Mei 2024, saya mencoba sesuatu yang baru dalam perjalanan lari saya
dengan ikut serta di BTR Ultra di Kintamani, Bali. Ini adalah pengalaman
pertama saya dalam ultra trail run, dengan jarak 55 km yang benar-benar
menguji fisik dan mental saya. Jalurnya berada di sekitar Danau Batur,
melewati Gunung Batur dan Gunung Abang, jadi selain tantangannya, saya juga
disuguhi pemandangan yang luar biasa. Jujur, keputusan untuk ikut nggak
gampang, terutama karena saya belum terlalu banyak latihan di medan trail.
Tapi keinginan untuk menantang diri dan mencoba hal baru akhirnya membuat saya
berdiri di garis start acara keren ini.
Latihan untuk BTR Ultra
Meskipun minim pengalaman di jalur trail, saya memiliki rutinitas latihan yang
cukup intensif di jalan raya. Setiap minggu, saya konsisten berlari lebih dari
50 kilometer untuk menjaga stamina dan kekuatan fisik. Fokus utama latihan
saya adalah pada daya tahan (endurance), dengan lari jarak jauh setiap akhir
pekan dan sesi interval di tengah minggu untuk meningkatkan kecepatan.
Walaupun jalur trail memiliki tantangan yang berbeda, seperti elevasi dan
medan yang lebih teknikal, saya yakin bahwa dasar fisik yang kuat dari latihan
di jalan raya dapat membantu saya beradaptasi dengan cepat.
Pengalaman Trail Run Sebelum BTR Ultra
Sebelum mengikuti BTR Ultra, saya hanya memiliki tiga pengalaman trail run
yang mempersiapkan saya secara mental dan fisik, yaitu saat latihan di
Tangkuban Perahu pada 24 November 2023, race di Siksorogo Lawu Ultra pada 3
Desember 2023, dan race di Merbabu Skyrace pada 28 April 2024. Meskipun
pengalaman ini terbilang sedikit, saya selalu fokus pada setiap latihan dan
race yang saya jalani, serta memastikan untuk belajar dari setiap pengalaman
mengenai apa yang sudah baik dan apa yang perlu diperbaiki.
Latihan di Tangkuban Perahu (24K, EG 1403m)
Latihan ini merupakan kombinasi antara hill training di jalanan aspal untuk
persiapan full marathon di Borobudur serta uji coba trail run di hutan dan
gunung. Sekitar 12,5 km pertama adalah jalanan aspal menanjak, dilanjutkan
dengan 10 km rute trail menanjak, dan diakhiri dengan 1,5 km turunan aspal.
Fokus utama saya adalah berlatih di tanjakan dan mencicipi jalur trail,
sekaligus menguji beberapa perlengkapan seperti sepatu trail dan vest. Medan
trail yang variatif dan sebagian besar aktivitas ini saya jalani sendiri
hingga bertemu dengan pendaki lainnya saat mendekati puncak Tangkuban Perahu.
Dari latihan ini, saya menyadari bahwa saya harus pakai sarung tangan dan
harus lebih banyak latihan strength training, supaya tangan saya tidak lecet
dan supaya bisa menanjak lebih cepat.
Race di Siksorogo Lawu Ultra (30K, EG 2196m)
Ini adalah race trail run perdana saya. Dengan jarak 30 kilometer dan
elevation gain sebesar 2196 meter, race ini membawa saya melintasi jalur yang
lebih ekstrem dan menuntut ketahanan fisik yang lebih tinggi daripada marathon
di Borobudur dua minggu sebelumnya. Medan di Siksorogo Lawu Ultra (SLU)
bervariasi, mulai dari hutan perkemahan hingga bukit dengan tanjakan yang
menguji batas stamina. Dari race ini, saya belajar pentingnya persiapan
strength training yang lebih serius dibandingkan dengan persiapan untuk
marathon di road race. Saya sangat bersyukur bisa menjalani trail race perdana
saya di SLU, karena race organizer yang sangat rapi dan pengalaman yang sangat
menyenangkan.
Race di Merbabu Skyrace (21K, EG 1880m)
Ini adalah race trail kedua saya, sekitar empat bulan setelah SLU. Dengan
jarak yang lebih pendek dan elevation gain yang lebih rendah dibandingkan SLU,
race ini sempat mengecoh saya. Ternyata, race ini sangat teknikal, dan ini
adalah kali pertama saya berlari dan mendaki hingga ke puncak gunung!
Pemandangan menuju puncak Merbabu memang sangat memukau. Namun, jalur yang
curam dan berbatu memaksa saya untuk mengasah keterampilan teknikal lari trail
serta meningkatkan fokus dalam menjaga keseimbangan. Suhu yang lebih dingin
ketika menuju puncak juga menguji adaptabilitas saya. Dari pengalaman ini,
saya belajar pentingnya perlengkapan yang tepat dan strategi pacing yang
efektif untuk mengatasi kelelahan fisik. Dua hal yang sangat krusial bagi saya
adalah pemilihan sepatu trail yang sesuai dengan medan dan jarak, serta
penggunaan trekking pole untuk distribusi beban. Pelajaran yang saya dapatkan
di Merbabu Skyrace semakin menguatkan mental dan fisik dalam menghadapi
tantangan BTR Ultra dua minggu kemudian.
Persiapan Fisik, Mental, dan Logistik
Persiapan saya untuk BTR Ultra mencakup latihan fisik, mental, dan logistik.
Persiapan fisik melibatkan kombinasi long run, strength training, serta
latihan fleksibilitas dan mobilitas. Semua ini saya dapatkan dari sesi latihan
bersama Pocari Sweat Pacer dan Asics Running Club. Untuk persiapan mental,
saya menggunakan teknik visualisasi dengan menonton berbagai vlog para pelari
yang pernah mengikuti BTR 55K tahun sebelumnya. Persiapan logistik juga
menjadi perhatian utama, seperti saat saya membeli backpack vest
Aonijie C9108S untuk Merbabu
Skyrace karena vest lama terlalu kecil untuk memuat berbagai snack dan serbuk
isotonik. Setelah evaluasi, saya menyadari perlunya beberapa perlengkapan
tambahan untuk BTR Ultra, antara lain:
-
Sepatu trail
ASICS Gel-Trabuco 12: Untuk
menggantikan sepatu lama saya, ASICS Gel-Sonoma 6, yang kurang grip dan
terlalu responsif, supaya tidak mudah terpeleset dan kaki lebih nyaman untuk
jarak lebih dari 30 km.
-
Trekking pole
Dhaulagiri Z3: Untuk
meringankan beban di kaki dan tangan ketika menghadapi uphill dan downhill
yang ekstrim di medan yang teknikal seperti di Merbabu.
-
Kaos kaki jari
Aonijie E4833: Untuk
meminimalisir blister di kaki saat jarak tempuh sudah lebih dari 30 km.
-
Gaiter Aonijie E4415: Untuk
meminimalisir masuknya pasir ke dalam sepatu dan kaos kaki.