Siksorogo Lawu Ultra 2024

Siksorogo. Namanya saja sudah bikin bulu kuduk merinding! Gunung Lawu bukan trek biasa, lho. Tempat ini punya reputasi tersendiri—mistis dan menantang, siap menguji mental kita. Saya mendaftar untuk kategori 50K, jalur yang membawa kami melewati keindahan alam dari Sekipan hingga Kebun Teh Kemuning.


Satu hari sebelum race, saya mengambil race pack di Sekipan sore-sore. Saat itu, gerimis sudah mulai turun. Hmm, apakah itu pertanda? Mungkin saja. Dalam keraguan, saya hanya bisa berdoa supaya cuaca tidak semakin buruk. Eh, malam itu hujan semakin deras!


Pagi hari saat flag off, langit masih meneteskan gerimis tipis, seperti tamu tak diundang yang nekat hadir di pesta. Saya menarik napas dalam-dalam dan bersiap. Atau setidaknya, saya berpikir sudah siap.


Siksorogo Lawu Ultra 50K - 2024


Sekipan jadi titik start yang penuh harapan. Tempat ini dikenal sejuk dan nyaman sebagai area perkemahan. Dari sinilah kami mulai berjuang, menyusuri jalur yang dipenuhi pepohonan rindang.


Memasuki Cemoro Wayang, jalurnya berkelok-kelok di antara pepohon. Banyak yang bilang tempat ini penuh aura mistis, walaupun saya merasa biasa-biasa saja. Lalu, ketika melewati Mongkrang, pemandangan perkebunan teh yang spektakuler menyapa kami. Aroma segar daun teh menambah semangat para pelari.


Setelah tiba di Cemoro Kandang, tantangan mulai meningkat. Tanjakan curam menguji otot-otot kaki. Tapi, di balik setiap tetes keringat, ada pemandangan yang mengagumkan, seakan semua kepenatan terbayar sudah.


Akhirnya, sampai di Puncak Lawu, saya merasa bahagia luar biasa. Di sini, saya bertemu beberapa rekan pelari yang saya kenal. Sayangnya, pemandangan di puncak tidak banyak karena kabut putih yang menyelimuti.



Setelah menuruni puncak, kami melewati savana indah di Gupak Menjangan. Keindahan alam ini bikin takjub, tapi tak lama—hujan pun turun semakin deras. Beruntung, saya sudah masuk ke area hutan saat badai datang.



Jalur mulai berubah jadi perosotan lumpur. Turunan menuju Candi Cetho bikin lelah secara mental. Dan pas di jalur itu, jam saya kehabisan baterai, terpaksa saya duduk sebentar di batang pohon tumbang, hujan-hujanan, sambil nge-charging jam pakai power bank. Beberapa pelari lalu melintas, dan saya cuma bisa teriak, "Semangat Mas/Mbak!"


Begitu tiba di checkpoint Candi Cetho, rasanya lega banget! Di sana saya bisa istirahat sejenak, makan, dan yang paling penting… mandi! Saya sekalian ganti outfit berkat dropbag yang dibawa panitia.


Selanjutnya, menuju tanjakan Pancot, cedera tumit kaki kanan saya kambuh lagi. Rasa nyerinya nggak main-main. "Jangan menyerah!" saya teriak dalam hati. Melawan rasa sakit itu tetap jadi tantangan tersendiri.


Saya lanjut perjalanan menuju Kebun Teh Kemuning, melewati area yang tahun lalu saya lihat saat ikut kategori 30K. Dulu sih pemandangannya indah, tapi hari itu sudah gelap banget.


Ketika akhirnya tiba kembali di Sekipan, badan saya serasa mendapat energi tambahan. Meski penantian menuju garis finish masih harus diperjuangkan, saya mencoba berlari melewati garis finish.



Keesokan harinya, saya baru tahu fakta mencengangkan. Hanya 341 pelari yang mencapai garis finish, sedangkan 336 mengalami DNF! Kebanyakan terjebak di turunan Lawu dan banyak dari mereka yang mengalami hipotermia, sampai akhirnya dievakuasi sekitar jam 4 subuh. Ternyata, lomba yang saya taklukkan ini menjadikan saya salah satu dari sedikit pelari yang berhasil menyelesaikannya.


Siksorogo Lawu Ultra 2024, dengan jarak 50 km dan elevation gain "hanya" 3500m+, menjadi ultra trail ketiga dan tersulit yang pernah saya jalani. Bukan hanya karena jarak atau elevasi, tapi juga karena hujan nonstop dari awal sampai akhir.


Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa kita sering meremehkan kemampuan diri sendiri. Batas kita jauh lebih tinggi dari yang kita bayangkan. Saya semakin yakin bahwa dalam ultra trail, ketahanan mental sama pentingnya dengan kekuatan fisik. Seseorang yang berani melangkah jauh tidak akan gagal meraih impiannya—selama dia tak berhenti bergerak.


Mungkin orang menganggap pelari ultra itu sedikit gila. Mungkin juga benar. Tapi di dalam ketidakwarasan itu, kami menemukan sesuatu yang berharga: pemahaman bahwa manusia bisa melakukan hal-hal luar biasa ketika tak menyerah.


Eh, jadi, apa target ultra tahun depan? 100K? ;)


No comments :