Best Commencement Speeches

Congratulations to all my juniors in ITB! Last weekend was the graduation ceremony day for ITB class of 2013. Somehow it reminds me about one of the happiest moments in my life. That was my graduation day in 2008, a couple years ago. "Today is yours," they said. All classmates were smiling happily as they succeeded to finish their education in the most prestigious university in my country. Pardon me for the narcissism.

Computer Science ITB – Class of 2008

I remember a heap of happy people with nice suit and dress inside their graduation gown, and a bunch of happy parents were proud of their sons and daughters. I remember the classic European style of ceremony with "Gaudeamus Igitur", one of most infamous commercium songs, was played as the backsound of one session. Getting our graduation cap tassle moved by our rector before we were shaking hands and taking photo with him. We were also listening to the boring speeches from the faculties and student representatives, which I am pretty sure nobody remember about it, except for one or two students who delivered the speeches itself.

Somehow I envy the graduation ceremonies in some universities in the US, which usually invite their famous alumni to give one of the most important speeches in their academic life. It is the last lesson students get before entering the real world. I cannot understand why my almamater haven't adopted this concept by inviting our famous successful alumni for giving commencement address. CMIIW, but I hope they will start the tradition soon.

Here I post my favourite commencement speeches, yes they all are from US universities. Actually you can easily find the other version of the best commencement speeches – such as from TIME magazine. However, in this list I prefer they who are in IT industries. They delivered inspiring speech and even some of them were presenting in a funny way. They all are my inspirations, and I hope someday we can be like them.

Steve Jobs, Stanford (2005)




Memorable quotes:
  1. You can't connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future. You have to trust in something — your gut, destiny, life, karma, whatever.
  2. You've got to find what you love. And that is as true for your work as it is for your lovers. Your work is going to fill a large part of your life, and the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work. And the only way to do great work is to love what you do. If you haven't found it yet, keep looking. Don't settle. As with all matters of the heart, you'll know when you find it. And, like any great relationship, it just gets better and better as the years roll on. So keep looking until you find it. Don't settle.
  3. Your time is limited, so don't waste it living someone else's life. Don't be trapped by dogma — which is living with the results of other people's thinking. Don't let the noise of others' opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.
Full script: 'You've got to find what you love,' Jobs says

Knowledge for Society

Hari Minggu yang lalu, para pelajar Indonesia yang ada di Korea dan beberapa negara lain menghadiri sebuah event bernama CISAK di kota Daejeon, tepatnya di kampus KAIST. CISAK ini singkatan dari Conference of Indonesian Students Association in Korea, sebuah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia di Korea (Perpika). CISAK tahun ini adalah CISAK yang keenam, dan bertemakan "Empowering National Pride through Knowledge Collaboration".

CISAK 2013 - Daejeon, 7 Juli 2013

Adapun pembicara pada konferensi ini adalah para pelajar Indonesia yang papernya telah lulus seleksi oleh panitia. Mereka terbagi menjadi 6 cluster: 1. Electronics, Communication, Informatics, 2. Energy, 3. Interdisciplinary Social Science, 4. Healthcare & Pharmacy, 5. Natural Science, Applied Science & Technology Innovation, 6. Food & Agriculture. Beberapa pelajar yang outstanding pun diberi kesempatan untuk presentasi di hall utama. Melalui acara ini saya mendapatkan banyak update tentang research di berbagai bidang, baik dari oral presenter maupun poster presenter. Selain itu, panitia juga mengundang dua tokoh ternama dari Indonesia untuk menyampaikan keynote speech. Mereka adalah Ridwan Kamil (arsitek, dosen ITB) dan Ilham Akbar Habibie (founder PT Regio Aviation Industries, putra dari mantan Presiden BJ Habibie).

Salah satu sesi yang paling menarik buat saya adalah keynote speech dari Ridwan Kamil, dosen Arsitektur ITB. Meskipun isi speech beliau tidak semuanya baru bagi saya, tetapi materi dan cara penyampaiannya selalu saja menginspirasi. Saya pertama kali mengenal Pak Emil (Ridwan Kamil) pada acara TEDxJakarta 2010. Saat itu saya baru tau kalau ada dosen almamater saya yang super cool – selain pak Onno W. Purbo & Budi Rahardjo – yang tidak hanya ahli di bidangnya, tetapi juga dikenal oleh banyak orang karena punya banyak karya nyata di masyarakat. Pada acara CISAK yang lalu, Pak Emil membawakan speech berjudul "Creativity for Society". Pak Emil memberikan contoh apa yang telah beliau lakukan selama ini di kota kelahirannya melalui berbagai kegiatan kreatif yang beliau jalankan berkolaborasi dengan beberapa komunitas di Bandung dan kota-kota lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut beliau jalankan jauh-jauh hari sebelum beliau memutuskan untuk maju dalam pemilihan walikota Bandung. Intinya, ilmu ataupun kreativitas yang kita miliki itu akan jauh lebih bermanfaat jika kita bisa mengaplikasikannya bagi masyarakat.

Saya jadi kepikiran, sumbangsih apa yang bisa saya perbuat dari ilmu yang saya miliki untuk masyarakat. Semenjak kuliah bisnis, setiap saya melihat inovasi di bidang sains atau teknologi, saya selalu berpikir ini business model nya bagaimana, how to make money from it, atau how profitable it is. Secanggih apapun suatu research atau inovasi kalau tidak profitable, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sepertinya sia-sia. Tapi, hanya melihat economic value saja tidak cukup, kita juga harus mempertimbangkan social value nya – apakah suatu inovasi akan bermanfaat buat banyak orang atau tidak. Puji Tuhan, kalau kita bisa bekerja di bisnis atau research yang profitable dan bermanfaat bagi masyarakat. Namun terkadang ada inovasi yang bermanfaat buat banyak orang tapi tidak profitable. Untuk hal ini, kita sebaiknya mengusahakannya untuk at least sustainable. Di lain sisi, ada juga inovasi sains, teknologi atau bisnis yang menghasilkan banyak profit, tapi tidak banyak memberikan dampak positif bagi masyarakat. Untuk hal ini, kembali lagi ke masing-masing individunya, seandainya memang tidak bisa dilakukan secara organisasi atau korporat. Teringat sebuah artikel dari Forbes yang saya baca tadi pagi tentang Warren Buffet mendonasikan kekayaannya untuk Gates Foundation dan yayasan amal lainnya. Terlepas dari apa motif samping lainnya, orang-orang seperti ini patut dijadikan contoh untuk mengingatkan kita, bahwa.. ilmu itu tidak sekedar untuk mengejar economic value saja, tetapi juga social value untuk society di sekitar kita. Dan tidak perlu menunggu menjadi besar seperti mereka terlebih dulu, baru melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Think big, start small..

"And do not forget to do good and to share with others, 
for with such sacrifices God is pleased."