♫ somewhere beyond the sea.. somewhere waitin' for me..
Akhir pekan yang lalu, untuk pertama kalinya saya menjejakkan kaki di pulau Sumatra. Tempat yang saya tuju adalah Teluk Kiluan. Kiluan terkenal akan keindahan pantainya yang masih belum banyak tersentuh wisatawan, serta atraksi natural lumba-lumba di habitat aslinya, di lautan lepas. Teluk Kiluan ada di pesisir barat dari Lampung selatan, kira-kira 5 jam perjalanan darat dari Bandar Lampung.
(A) Bakauheni → (B) Kiluan |
2011.04.29
Seperti biasa, saya melakukan perjalanan ke sana bersama geng backpackers, teman-teman kantor saya, dengan Elly sebagai EO kali ini. Kami bersepuluh berangkat dari Jababeka jam 7 malam menuju Terminal Kampung Rambutan untuk bertemu dengan rombongan lainnya yang tidak sekantor. Setelah semuanya terkumpul, total 22 orang, kami berangkat ke Pelabuhan Merak, Banten. Di sana, untuk pertama kalinya juga saya naik kapal feri penyeberangan Jawa-Sumatra, yang ternyata jauh lebih besar dari kapal yang pernah saya naiki saat menyeberang ke Karimunjawa. Kapal pun berlabuh sekitar jam 1 dini hari. Awalnya kami memilih beristirahat di bagian atas kapal, tidur sambil menikmati angin darat sepoi-sepoi dan bintang di langit. Namun, sekitar jam 2 dini hari, anginnya tiba-tiba berhembus kencang sekali, sampai-sampai semua orang di atas kapal akhirnya turun ke dalam kapal karena kedinginan. Akhirnya kami memilih tidur di ruang lesehan, dan tiba di Pelabuhan Bakauheni sekitar jam 4 pagi.
Rombongan Backpackers Kiluan - © Dina |
2011.04.30
Setibanya di Bakauheni, kami dijemput dua mobil elf yang sudah kami pesan sebelumnya. Perjalanan darat dari Bakauheni ke Kiluan ini tidak kalah menegangkan dari wahana di Dufan. Kedua bapak driver kami itu beraksi bagai Ayrton Senna dan Mika Häkkinen, melintasi jalanan di provinsi Lampung dengan menyalip setiap kendaraan yang terlihat oleh mata mereka! Super sekali...
Memasuki Kiluan, jalanan yang ditempuh benar-benar cocok buat off-road. Jika Anda membawa mobil pribadi ke Kiluan, pastikan mobil Anda dalam kondisi prima dan memiliki asuransi! Medan yang ditempuh di Kiluan ini mengingatkan saya akan perjalanan backpacking ke Ujung Kulon tahun lalu (akan saya ceritakan di blogpost yang akan datang :). Setibanya kami di Kiluan, sekitar jam 11 pagi, kami melihat sebuah pura berarsitektur khas Bali. Ternyata di sana ada yang namanya "kampung Bali", karena kebanyakan warganya adalah pendatang transmigran dari Bali.
Kampung Bali, Kiluan |
Tempat pertama yang kami tuju, sebelum ke Teluk Kiluan, adalah Pantai Pasir Putih. Dari depan sebuah pura berarsitektur Bali, kami turun dari mobil, lalu tracking sekitar setengah jam, mendaki dan menuruni bukit. Sembari tracking ke sana, kami cuci mata melihat hamparan sawah yang hijau, di mana masyarakat setempat sedang bercocok tanam. Jadi ingat sewaktu dulu tinggal di desa :)
Pantai Pasir Putih, Kiluan |
Setelah puas foto-foto, kami melanjutkan perjalanan menuju Teluk Kiluan. Sesampainya di sana, kami harus naik perahu menuju ke pesisir pantai, tempat di mana cottage kami berada. Jadi, di pesisir pantai itu cuma ada 2 cottage, satu disewakan ke kami, satu lagi adalah rumah keluarga bapak pemandu wisata kami. Wah, seperti punya pantai pribadi sendiri. Cottage yang kami sewa ini bukan seperti pondok / vila yang nyaman ditinggali lho, melainkan seperti gubuk kecil di tengah pulau entah-berantah. Di tempat itu tidak ada sinyal telefon, listrik pun hanya nyala pada jam-jam tertentu (malam hari). Dan yang paling menantang adalah kondisi sanitasi kamar mandi yang challenging! Air yang dipakai untuk mandi itu diambil dari sumur yang saat itu sedang dangkal, jadi warnanya keruh seperti bercampur dengan tanah. Yah, not too bad lah, mirip dengan sanitasi kamar mandi waktu backpacking ke Ujung Kulon, yang mana air di kamar mandinya berasal dari air hujan, yang mana sudah bercampur dengan (telur) nyamuk. W00t!
Cottage di Kiluan |
Sembari menikmati pemandangan laut yang alami dan makan jambu bol petikan penduduk setempat, kami bermain-main di pinggir pantai. Di seberang pesisir pantai tempat kami menginap, ada sebuah pulau namanya Pulau Kelapa. Iseng-iseng, kami pun menantang diri kami untuk berenang menyeberang ke pulau seberang karena kelihatannya tidak jauh. Beberapa ratus meter pertama terasa sangat melelahkan karena harus berenang melawan arus ombak. Setelah berenang selama hampir satu jam (kalau tidak salah), akhirnya sampai juga di pulau seberang. Ini pertama kalinya saya berenang antar pulau! Sampai di Pulau Kelapa, saya tanya bapak pemandu kami tentang jarak yang kami tempuh, katanya sih 700 meter! Woohoo! Di Pulau Kelapa, kami berjalan menelusuri pesisir pantainya ke arah barat, sampai memanjat bukit bebatuan untuk menikmati pemandangan di sebelah barat Sumatra, yaitu Samudera Hindia! :)
Ombak Samudera Hindia |
Malam hari, kami disuguhi dengan hidangan ikan hasil tangkapan penduduk setempat. Setelah kenyang dan lelah bermain kartu UNO semalaman, saatnya tidur masing-masing. Berhubung cottage yang kami sewa ukurannya mungil, tidak semua orang bisa tidur di dalamnya. Sebagian ada yang tidur di teras cottage, sebagian lagi (saya bertiga) tidur di saung di pinggir pantai. Lagi-lagi, ini pertama kalinya saya tidur persis di pinggir pantai, menghadap lautan :). Dengan berbekal jaket seadanya, celana panjang dan autan, saya nekat tidur di saung itu. Tantangan pun datang sekitar jam 2 pagi. Tiba-tiba angin berhembus sangat kencang sembari membawa air hujan! Saya tengok ke sebelah, Wawan juga meringkuk kedinginan, sedangkan Elly tetap tidur tenang di dalam kepompongnya (cuma Elly yang bawa sleeping bag). Haha.. tampaknya kami bertiga saling jaga gengsi, tidak ada yang mau pindah tidur ke teras cottage. Alhasil, ketika bangun pagi, imunitas tubuh menurun, flu. Haha.
Santai Kaya di Pantai |
2011.05.01
Bangun pagi, seharusnya "perburuan" lumba-lumba dimulai sejak jam 6 pagi. Namun, berhubung cuaca buruk sejak dini hari, agenda kami terpaksa ditunda sampai cuaca cukup tenang. Sekitar jam 9 pagi, akhirnya kami pun memaksakan diri untuk 'berlayar' ke arah Samudera Hindia demi melihat langsung atraksi lumba-lumba di habitat aslinya. Kami menyewa 8 jukung (kano kecil yang hanya bisa memuat 3-4 orang), melaut ke arah barat. Ombak yang kami hadapi lumayan besar, makin jauh dari pantai, ombaknya pun makin besar. Seram juga kalau jukung kami tergulung ombak, untungnya tidak terjadi apa-apa :). Setelah berjam-jam melaut, satu per satu jukung rombongan kami pulang, sampai akhirnya tinggal 2 jukung yang belum menyerah mencari lumba-lumba. Sayangnya, pencarian tetap tidak membuahkan hasil. Lumba-lumba itu tampaknya malu-malu untuk menampakkan diri di hadapan kami :(
Jukung di Kiluan |
Jam 2 siang, kami beranjak pulang meninggalkan Kiluan. Meskipun kecewa karena tidak bisa menyaksikan lumba-lumba secara langsung di habitat aslinya, kami tetap senang bisa main-main ke Teluk Kiluan. Dengan gaya mengemudi pak sopir ala Vin Diesel (Fast & Furious), perjalanan Kiluan-Bakauheni kami tempuh dalam waktu 6 jam, sudah termasuk mampir beli oleh-oleh di Bandar Lampung. Jam 12 malam, kapal kami tiba di Pelabuhan Merak. Jam 4 pagi, saya tiba di kamar kos untuk beristirahat sejenak sebelum kembali bekerja. Lelah, tapi menyenangkan, setidaknya karena Arsenal menang 1-0 lawan MU. I ♥ Monday!
Pemandu Backpackers Kiluan |
Biaya Transportasi
- Bus (Jababeka - Kp. Rambutan) : 8.000
- Bus (Kp. Rambutan - Merak) : 17.000
- Kapal (Merak - Bakauheni) : 11.500 (+5.000)
- Sewa mobil elf : 1.600.000 / 22 = 136.500
- Kapal (Bakauheni - Merak) : 11.500 (+8.000)
- Bus (Merak - Cikarang) : 28.000
- Angkot (Cikarang - Jababeka) : 4.000
Biaya Akomodasi:
- Penginapan : 500.000 / 22 = 23.000
- Makan : 4 x 15.000 = 60.000
- Sewa perahu : 10.000
- Retribusi : 10.000
- Sewa life vest : 15.000
- Sewa jukung : 1.600.000 / 22 = 73.000
Total Pengeluaran: Rp 420.500
Teluk Kiluan, Lampung |
No comments :
Post a Comment