Bias kognitif (cognitive bias) merupakan kesalahan sistematis dalam
memproses dan memahami informasi yang diterima, sehingga mempengaruhi
penilaian dan keputusan yang diambil.
Meskipun bias kognitif ini sering dianggap sama dengan
kesalahan logika
(logical fallacy), keduanya merupakan hal yang berbeda.
Logical fallacy hanyalah salah satu gejala dari bias kognitif.
Logical fallacy disebabkan oleh ketidakmampuan berpikir secara logis
atau menyampaikan argumentasi yang logis, sedangkan bias kognitif disebabkan
oleh pengaruh emosi, pengaruh motivasi, tekanan sosial, atau bahkan
keterbatasan otak dalam memproses informasi.
Dengan memahami bias kognitif kita bisa mengetahui mengapa seseorang atau
sekelompok masyarakat berperilaku tertentu, sehingga kita akhirnya bisa
membuat keputusan yang lebih baik atau bisa membuat kondisi supaya terjadi
suatu perilaku yang kita inginkan (behavioral nudge).
Berikut ini beberapa jenis bias kognitif yang biasanya kita temukan
sehari-hari:
#1 - Kita lebih memperhatikan hal-hal yang sudah ada di memori kita atau yang
sering terulang.
Availability heuristic
Kecenderungan untuk melebih-lebihkan kemungkinan terjadinya hal-hal yang kita
tahu (atau baca dari berita) dan meremehkan kemungkinan terjadinya hal-hal
yang kita belum kita tahu (atau yang tidak pernah diberitakan).
Attentional bias
Kecenderungan persepsi kita dipengaruhi oleh apa yang sering kita perhatikan.
Contoh: Orang yang sering memikirkan baju apa yang mereka pakai akan lebih
memberikan perhatian kepada baju apa yang dipakai oleh orang lain.
Illusory truth effect
Kecenderungan untuk lebih percaya hal yang familiar daripada yang tidak
familiar terlepas apakah hal tersebut valid atau tidak.
Cue-dependent forgetting
Kecenderungan untuk tidak bisa mengingat suatu hal tanpa adanya suatu
petunjuk.
Mood-congruent memory bias
Daya ingat atas informasi menyesuaikan dengan suasana hati seseorang saat
mengingatnya.
Frequency illusion / Baader-Meinhof phenomenon
Ilusi di mana sesuatu hal atau sebuah kata yang baru saja diperhatikan
seolah-olah menjadi sering muncul setelahnya.
Empathy gap
Kecenderungan untuk kesulitan memahami situasi mental orang lain yang berbeda
situasi mental dengan kita saat ini. Contoh: seseorang yang tinggal di negara
yang selalu damai akan kesulitan membayangkan perspektif dari seseorang yang
tinggal di negara yang mengalami konflik atau perang.
Omission bias
Kecenderungan untuk menilai tindakan berbahaya sebagai hal yang lebih buruk
atau kurang bermoral daripada kelalaian yang menimbulkan kerugian yang sama.
Contoh: Kita cenderung menyalahkan seseorang yang mengalami kecelakaan saat
menyetir dalam keadaan mabuk daripada menyalahkan temannya yang membiarkannya
menyetir dalam keadaan mabuk, padahal kelalaian keduanya menimbulkan kerugian
yang sama.
Base rate fallacy
Kecenderungan untuk terlalu fokus pada informasi yang spesifik dan mengabaikan
informasi yang sifatnya lebih umum.
#2 - Kita lebih mengingat hal-hal yang aneh, lucu, atau mencolok secara
visual.
Bizareness effect
Hal-hal yang aneh biasanya lebih diingat daripada hal-hal yang umum.
Humor effect
Hal-hal yang lucu biasanya lebih diingat daripada hal-hal yang umum, karena
kekhasan humor, kecepatan kognitif untuk memahami humor, atau gairah emosional
yang disebabkan oleh humor tersebut.
Von Restorff effect / Isolation effect
Kecenderungan untuk lebih mudah mengingat hal-hal yang paling berbeda
dibandingkan yang lain.
Picture superiority effect
Kecenderungan untuk lebih mudah mengingat konsep yang dipelajari dengan cara
melihat gambar daripada melihat kata-kata yang ditulis oleh orang lain.
Negativity bias
Kecenderungan untuk lebih mengingat pengalaman yang negatif daripada mengingat
pengalaman yang positif.