Monopoly Money

The Psychology of Spending: Insights from 'Monopoly Money'


Recently, I came across an intriguing journal article published by the American Psychological Association titled "Monopoly Money: The Effect of Payment Coupling and Form on Spending Behavior," authored by Priya Raghubir and Joydeep Srivastava, both esteemed professors in the field of marketing.



Through their research, Raghubir and Srivastava shed light on the concept of the "pain of paying" – the discomfort individuals feel when parting with a significant sum of money. They conducted comparative studies to examine how different forms of payment affect shopping behavior, including cash payments versus credit card transactions and cash payments versus shopping vouchers.


Their findings revealed that people tend to spend more when using credit cards or shopping vouchers compared to cash, even for habitual purchases. The shift in payment method seemingly trivializes money, akin to playing with Monopoly money, making it easier to overspend.


This research offers valuable insights from both producer and consumer perspectives. For sellers, strategies to enhance sales include promoting credit/debit card logos, offering shopping vouchers instead of direct discounts, partnering with banks to provide exclusive credit card promotions for specific items, and facilitating electronic payments. Ultimately, making payment methods less transparent, such as avoiding cash transactions, can reduce the "pain of paying" and boost sales.


As consumers, it's essential to exercise caution when encountering market promotions. Maintaining control over credit card or debit card usage is crucial, ensuring awareness of current balances before making purchases. Additionally, it's vital to recognize and eliminate any inclination to treat alternative payment methods as Monopoly money.


Reflecting on this research, I can't help but feel nostalgic for a game of Monopoly. Perhaps it's time to dust off the board and enjoy a round of strategic fun once again.

Perpanjangan SIM

Akhir pekan kemarin ketika saya pulang ke Cimahi, saya menyempatkan diri untuk memperpanjang SIM C saya yang bulan depan akan habis masa berlakunya. Untuk keperluan ini, saya mengurus semuanya sendiri, ditemani ibu saya, tanpa menggunakan bantuan calo / biro jasa.


Dan ternyata, mengurus perpanjangan SIM sendiri secara legal itu tidak susah lho, asalkan kita rajin-rajin bertanya dengan orang-orang di sana. Total biaya yang saya keluarkan untuk perpanjangan SIM tersebut adalah Rp. 80.000 (sepertinya berlaku untuk semua jenis SIM), dan semua urusan beres dalam waktu kira-kira 1,5 jam (ini pada hari Sabtu, mungkin lebih cepat lagi kalau di hari kerja dan datang lebih pagi lagi).


Adapun prosedur perpanjangan SIM yang saya lakukan di Samsat (Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap) Cimahi sebagai berikut: (hal ini mungkin berlaku sama untuk semua kantor Samsat)

  1. Siapkan 2 buah fotokopi KTP dan SIM, serta bawalah bolpoin
    Kalau Anda tidak sempat memfotokopi keduanya, biasanya di kantor Samsat ada jasa fotokopi. Tenang saja, tarifnya normal kok :-). Lalu, sebaiknya Anda membawa bolpoin. Kalau lupa, ya Anda bisa membantu penjual bolpoin di sana untuk melariskan dagangannya :). Oya, KTP dan SIM asli jangan lupa dibawa.

  2. Datang pagi-pagi ke kantor Samsat
    Semakin pagi tentunya semakin sepi antrian orang-orang yang akan mengurus-urus sesuatu di kantor polisi. Ada baiknya tidak lebih pagi dari jam 8 :). Dan kalau Anda datang di hari Sabtu, pastikan Anda tidak datang setelah jam 10, karena biasanya loket Pelayanan SIM hanya buka setengah hari pada hari itu.

  3. Rajin-rajin bertanya
    Di Kantor Samsat Cimahi, papan petunjuk prosedur perpanjangan SIM tidak dapat ditemukan dengan mudah, tidak seperti papan petunjuk pembuatan paspor di kantor Imigrasi Bandung, yang jelas-jelas dipajang di depan gedung sebelum pintu masuk utama. Karena itu, jangan sungkan untuk bertanya ke petugas (saya pilih yang tampangnya ramah, hehe.. :). Pertanyaan yang umum diajukan yakni bagaimana cara memperpanjang SIM, saya harus ke mana dulu, setelah itu kemana, dan tempatnya di mana.

  4. Pencatatan sidik jari
    Ternyata, prosedur pertama mengurus perpanjangan SIM di Samsat Cimahi adalah melakukan pencatatan sidik jari. Kita bisa membeli form sidik jari seharga Rp. 5000 di loket pelayanan sidik jari. Di situ ada beberapa kolom data diri yang harus diisi, lalu kita harus mencapkan sidik semua jari tangan kita. Tentunya, Anda tidak usah repot-repot menyertakan cap jari kaki :).

  5. Cek kesehatan
    Setelah cap sidik jari, prosedur berikutnya adalah melakukan cek kesehatan. Pada cek kesehatan ini, hal-hal yang diperiksa hanyalah tinggi badan, tekanan darah, dan tes buta warna. Di klinik ini sebenarnya ada poster alat test mata juga, tapi sepertinya itu cuma pajangan (mungkin karena melihat saya tidak memakai kacamata ya, jadi dianggapnya bermata normal). Biaya untuk cek kesehatan ini adalah Rp. 15.000.

  6. Pendaftaran perpanjangan SIM
    Setelah cek kesehatan, kita beranjak ke kantor Pelayanan SIM. Kebetulan kalau di Samsat Cimahi, tempat pengambilan sidik jari, cek kesehatan, dan kantor pelayanan SIM ini gedung berbeda-beda. Jadi, harus jalan-jalan sebentar. Di dalam kantor pelayanan SIM, biasanya ada banyak loket, carilah loket pendaftaran perpanjangan SIM. Di situ, kita serahkan hasil cek medis, lembar kedua form sidik jari, serta fotokopi KTP dan SIM. Nanti kita akan diberikan sebuah map berisi form perpanjangan SIM dan diminta untuk melakukan pembayaran.

  7. Pembayaran
    Pembayaran administrasi perpanjangan SIM ini dilakukan di Bank BRI yang kebetulan ada di dalam kantor itu juga. Biaya perpanjangan SIM adalah Rp. 60.000 (untuk semua jenis SIM). Sedangkan, biaya membuat SIM baru adalah Rp. 75.000.

  8. Entri data ke komputer
    Setelah melakukan pembayaran dan mengisi form perpanjangan SIM, bawalah map beserta segala isinya tersebut ke loket yang lain, yang mengurusi entri data ke komputer. Untuk mencari loket ini harus bertanya-tanya ke orang yang ada di situ karena biasanya ruangan di dalam kantor itu dipenuhi orang-orang yang sedang mengurus SIM juga.

  9. Pengambilan foto dan sidik jari (lagi?)
    Selesai data kita dientri ke sistem basis data kepolisian, saatnya kita masuk ruang foto untuk difoto dan diambil sidik jari. Foto dan sidik jari ini digunakan untuk dicetak pada kartu SIM kita. Menurut saya, pengambilan sidik jari ini sebenarnya redundant karena toh sebelumnya sudah cap sidik jari (secara manual). Oya, sebelum difoto kita akan diminta mengisi pesan-kesan tentang pelayanan mengurus SIM yang baru saja kita lakukan.

  10. SIM baru pun jadi
    Tidak perlu menunggu waktu lama, kartu SIM kita yang baru pun selesai dicetak. Selamat memandangi wajah ganteng/cantik Anda yang lagi nyengir saat difoto :D.


Saya cukup puas dengan pelayanan perpanjangan SIM kemarin. Saran saya buat petugas, tingkatkan profesionalitas sehingga benar-benar bebas dari praktik kecurangan (kalau masih ada). Untuk SOP administrasi SIM ini sebenarnya bisa lebih ditingkatkan lagi, misalnya: penggunaan komputer untuk scan semua sidik jari sehingga mempercepat antrian dan mengurangi adanya pengulangan prosedur, pengadaan papan informasi pembuatan/perpanjangan SIM yang mudah dilihat warga, dll. Semoga pelayanannya semakin hari semakin baik :).


Penutup, ada tulisan yang menarik yang saya baca di salah satu tembok di Samsat Cimahi kemarin, kalau tidak salah, tulisannya seperti ini: "Kejahatan akan tumbuh jika orang-orang baik tidak bertindak."


My Work Desk

Meja kerja pertama di kantor:


Meja kerja setelah pindahan 18 Juni 2009:

Review Singkat Ubuntu 9.04

Bulan lalu, Ubuntu kembali merilis sistem operasi versi terbarunya yakni Ubuntu 9.04, yang diberi codename Jaunty Jackalope (JJ). Sebagai pengguna Ubuntu yang up-to-date, saya telah menunggu-nunggu rilis ini berharap ada kejutan yang menarik dari versi Ubuntu terbaru ini. Akhirnya setelah dirilis juga pada tanggal 23 April, saya segera mendownload file iso-nya dari releases.ubuntu.com untuk sekedar dikoleksi. Lalu, beberapa hari kemudian saya lakukan upgrade via jaringan untuk mengubah Ubuntu 8.10 (Intrepid Ibex) saya ke Jaunty Jackalope.


Upgrade via jaringan ini sangat mudah, yang dibutuhkan hanyalah koneksi internet yang reliable dan kesabaran ^ ^. Caranya adalah sebagai berikut:
$ sudo gedit /etc/apt/sources.list
tekan ctrl+H, ubah "intrepid" menjadi "jaunty", lalu simpan
$ sudo apt-get update
$ sudo apt-get dist-upgrade
Oya, repository yang saya gunakan adalah repository kambing. Waktu yang diperlukan untuk mengupgrade melalui repository tersebut sekitar 12 jam dengan menggunakan koneksi Telkomnet Hotspot (3 jam pertama), lalu disambung IM2 Broom Unlimited. Jadi, harap maklum kalau lama :P.

Beberapa hal baru dari Ubuntu 9.04 yang menarik buat saya antara lain:
  • Waktu booting lebih cepat
    Banyak pengguna lain yang mengklaim waktu booting kurang dari 20 detik, bahkan ada yang kurang dari 10 detik (setelah fresh install). Sedangkan waktu booting saya masih sekitar 45 detik (dari grub sampai ke login screen), tambah 15 detik lagi dari login sampai desktop siap kerja (sampai cpu usage-nya stabil). Mungkin ini karena sudah banyak sekali aplikasi dan service yang terinstall di laptop saya ;D.
  • Tampilan baru
    • Desktop theme baru
      Ada 3 theme baru yang disertakan di JJ, yakni Dust, Dust Sand, dan New Wave. Theme favorit saya adalah Dust, lumayan lah untuk sejenak menggantikan theme Mac4Lin saya yang sudah lama menghiasi layar desktop.
    • Notifikasi baru
      Semua notifikasi tergabung menjadi satu di kanan atas, dari mulai volume, batere, sampai notifikasi pidgin. Menarik sih.. tapi sayangnya, kita tidak bisa mengaturnya, misalnya tidak memasukkan pidgin ke notifikasi itu, soalnya sudah ada guification dari pidgin yang menurut saya lebih bagus.
    • Usplash baru
      Progress baru pada usplash baru ini dibuat lebih tipis, selain ukuran tulisan "Ubuntu" jadi lebih kecil. Saya rasa ini menambah kesan bahwa waktu booting lebih cepat.
    • Login Screen baru
      Tapi, masih banyak di GNOME Look yang lebih bagus.
  • Lain-lain:
    • Menggunakan kernel Linux 2.6.28, yang mana sudah mendukung jenis partisi Ext4
    • Memasukkan OpenOffice.org 3 (*basbang*)
    • Software baru: Computer Janitor
      Meskipun hanya ada tombol "Cleanup", bukan berarti ini adalah software optimizer seperti yang sering ada di WinXP. "Cleanup" ini akan meng-uninstall program-program yang dianggapnya tidak lagi diperlukan. Karena tidak baca dengan teliti, saya sempat tertipu dan kehilangan beberapa program yang sudah terinstall. = ='
Itu adalah beberapa fitur baru yang ada di Ubuntu 9.04. Tidak ada perubahan yang terlalu drastis dibandingkan dengan versi sebelumnya. Mungkin karena waktu rilisnya yang dipaksakan setiap 6 bulan, membuat Ubuntu kurang maksimal dalam setiap versi barunya.

Nah, software versi baru berarti... ada permasalahan baru.. >.< Berikut ini adalah beberapa permasalahan yang saya temui setelah mengupgrade Intrepid ke Jaunty:
  • Compiz tidak berfungsi
    Apa lagi yang bisa dipamerkan dari Linux jika Compiz tidak berfungsi? Bagi user awam, Compiz adalah hal utama yang membuat Linux kelihatan lebih unggul karena menyajikan desktop effects yang luar biasa. Sayangnya karena si driver baru X untuk VGA Intel tampaknya malah bermasalah, secara default Compiz tidak akan bisa berfungsi.
    • Solusi:
      $ sudo gedit /usr/bin/compiz-manager
      tambahkan:
      SKIP_CHECKS = yes
  • Amarok tidak mengeluarkan suara 
    • Solusi:
      $ sudo apt-get install phonon-backend-xine
  • Applet system monitor untuk network tidak berfungsi
    Jika koneksi jaringan yang digunakan adalah dialup (ppp), applet system monitor tidak akan menunjukkan grafik network resources. Tapi kalau kita klik applet tersebut, grafik network muncul dan berfungsi di tab resources.
  • Ubuntu 9.04 sering freeze!!
    Ini dia bug yang membuat saya jengkel setengah mati dan menyimpulkan bahwa Ubuntu 9.04 .. sux!! Untuk pertama kalinya sejak saya menggunakan sistem operasi apapun, baru kali ini lah menemukan bug paling menjengkelkan. Layar tiba-tiba hang, tapi pointer mouse masih bisa digerakkan meskipun tidak ada efek apa-apa jika kita klikkan. Semua tombol jadi tidak berfungsi kecuali tombol power :|. Kejadian ini awalnya muncul beberapa detik setelah saya menyalakan Amarok, sehinggal awalnya saya mengambil kesimpulan mungkin Ubuntu JJ ini kurang bersahabat dengan KDE versi terbaru. Dan akhirnya saya buang semua program yang berbasiskan KDE yang terinstall. Setelah itu, ternyata bug ini masih ada tapi munculnya secara intermittent, tiba-tiba dan tidak bisa ditentukan kapan waktunya. Selama 3 jam mungkin muncul bug ini 1 kali. Setelah diselidiki, ternyata ini adalah bug driver X untuk VGA Intel. Setelah beberapa jam menjelajahi Launchpad, ketemu juga informasi bahwa masalah ada pada package xserver-xorg-video-intel. 
    • Solusi:
      Download dan install versi terbaru xserver-xorg-video-intel (saat tulisan ini ditulis, sudah ada versi 2:2.6.3-0ubuntu9.2). Thanks to Mr. Bryce :).
Fiuh.. semoga tidak ada lagi bug yang ditemukan. Jadi, moral ceritanya adalah.. jangan terburu-buru untuk mengupgrade sistem operasi. Pastikan dulu tidak ada masalah berarti pada sistem operasi baru yang bisa mengganggu kinerja Anda.

Have a nice day!~

Slumdog Millionaire

Slumdog Millionaire—what a movie! This one took home the 2009 Golden Globe for Best Picture in the Drama category, and it’s easy to see why. I usually steer clear of Bollywood films (too predictable, let’s be real 😏), but this one isn’t your typical Bollywood flick. It’s actually a British production by Danny Boyle and Loveleen Tandan, set entirely in India. No wonder it feels so fresh!



The story revolves around Jamal Malik, a young man from the slums of Mumbai competing on Who Wants to Be a Millionaire?. Jamal nails every question, outsmarting even the smartest contestants. But instead of celebrating his success, people accuse him of cheating. The police interrogate him brutally, demanding to know how he knew the answers. Jamal explains: every question ties back to a piece of his difficult, extraordinary life.


The movie uses a clever flashback style to show how Jamal’s past shaped him:

  • Growing up in extreme poverty.
  • Losing his mother in a religious riot.
  • Escaping a gang that exploited street kids as beggars.
  • Drifting apart from his brother Salim and childhood love, Latika.

And here’s the kicker: Jamal isn’t on the show for fame or money. He’s using it to find Latika. That’s where the heart of the story lies.


What makes Slumdog Millionaire special is how it shines a light on the lives of India’s underprivileged—stories we don’t often see in movies. It’s raw, emotional, and relatable, especially for audiences in developing countries. And with its back-and-forth storytelling, you’re constantly on edge, connecting the dots between Jamal’s memories and the quiz questions.


Of course, it’s got its Bollywood vibes: family drama, action, tragedy, and yes, dancing. (Thankfully, no trees or pillars involved. 😂) Adapted from Vikas Swarup’s Q and A, this movie deserved every award it won. My one question: has English really infiltrated India’s poorest communities that much? 🤔



My verdict? 9/10. A must-watch for the story, emotions, and social commentary. Moral of the story? Life doesn’t always make sense in the moment. But someday, you’ll understand how everything fits together. God has made everything fit beautifully in its appropriate time.

Pengalaman Membuat NPWP

Akhir-akhir ini saya banyak berurusan dengan birokrasi. Setelah bulan lalu berurusan dengan kantor imigrasi, minggu lalu saya berurusan dengan kantor pajak dalam rangka membuat NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). NPWP ini dibuat untuk keperluan administrasi dari perusahaan tempat saya (mungkin) bekerja.

Ternyata prosedurnya tidak rumit kok. Untuk urusan ini, saya mengurusnya sendiri memanfaatkan e-Registrasi Wajib Pajak. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
  1. Baca baik-baik ketentuan dan kondisi di situ.
  2. Buat account baru di ereg.pajak.go.id
  3. Isi formnya baik-baik. Kalau bingung, klik aja tombol tanda tanya di kanan atas untuk melihat bantuan.
  4. Kembali ke halaman 'Home' (klik tombol ber-icon rumah), lalu klik "Cetak Dokumen".
  5. Cetak kedua dokumen yang disajikan: "Formulir Registrasi Wajib Pajak" dan "Surat Keterangan Terdaftar Sementara" dengan mengklik link di halaman Cetak Dokumen. Hasilnya berupa file PDF yang siap untuk dicetak di kertas.
  6. Bawalah kedua berkas tersebut beserta fotokopi KTP ke kantor pelayanan pajak (KPP) tempat Anda terdaftar (bisa dilihat di header kedua berkas tersebut).
  7. Proses pengajuan NPWP dari penyerahan dokumen hingga mendapatkan kartu NPWP beragam, mulai dari 1 hari sampai 7 hari. Teman saya yang mengurus di kantor pajak di sebelah BEC cukup menunggu beberapa jam. Saya yang mengurus di KPP Pratama Cimahi harus menunggu 1 minggu padahal standar pelayanan yang tertulis di kantor itu adalah 3 hari 😤

Setelah memiliki NPWP, Anda bisa menuntaskan kewajiban Anda antara lain melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan) dan membayar pajak tentunya. Oya, mumpung masih sunset policy (sampai 28 Februari 2009), silakan segera tuntaskan kewajiban Anda ;). Keterangan lebih lanjut silakan baca-baca informasinya di website Ditjen Pajak (pajak.go.id).

Pesan sponsor: Lunasi pajaknya, awasi penggunaannya 🙏🏽

Pengalaman Membuat Paspor

Bulan lalu saya iseng-iseng membuat paspor di kantor imigrasi Bandung. Saya membuat paspor tersebut bukan karena saya mau jalan-jalan ke luar negeri dalam waktu dekat (karena memang ga punya duit :P), tapi buat jaga-jaga kalau sewaktu-waktu ada keperluan mendadak keluar negeri. Toh, waktu itu saya juga belum kerja (secara formal) yang tentunya akan terikat waktu, jadi mumpung saya masih punya waktu luang, saya sempatkan diri saja membuat paspor.

Dalam membuat paspor tersebut, saya menjalaninya sesuai prosedur resmi, tanpa calo. Hasilnya, paspor jadi dalam waktu 8 hari kerja dengan Rp. 280.000 (sudah termasuk buat beli map dan 5 kali bayar parkir motor :).

Adapun kronologisnya sebagai berikut:

1. Mengambil dan Mengisi Form (18 Des 2008)
  • Langkah pertama untuk membuat paspor tentu saja adalah pergi ke kantor imigrasi, bukan ke kantor pajak, KUA, atau kantor lainnya :). Untuk Bandung, kantor imigrasinya ada di Jl. Surapati (Suci) no. 82. Nah, di sana akan ada banyak gambar yang menjelaskan prosedur pembuatan paspor, perpanjangan paspor, dll, silakan dilihat-lihat dulu dan dipahami.
  • Lalu, datangi loket yang menyediakan form pengajuan paspor RI. Form tersebut bisa kita ambil secara gratis.
  • Di loket tersebut, kita akan diberi tahu untuk membeli map di kantin di kantor tersebut. Ya sudah, saya pergi saja ke kantin dan mengeluarkan uang Rp. 5000 untuk sebuah map dan sebuah sampul buku paspor.
  • Lalu, cari tempat yang nyaman untuk mengisi form tersebut dan pastikan semua dokumen yang diperlukan sudah disiapkan. Kalau saya sih, lebih nyaman mengisinya di rumah, jadi saya pulang dulu sambil melengkapi dokumen-dokumen yang harus dibawa.
2. Mengumpulkan Form (19 Des 2008)
  • Pastikan dulu semua dokumen yang diperlukan sudah disimpan dalam map, yaitu:
    1. Form permohonan paspor yang sudah terisi lengkap
    2. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
    3. Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
    4. Fotokopi Akte Kelahiran
    5. Fotokopi Ijazah Pendidikan terakhir
    6. Surat keterangan bekerja (kalau sudah bekerja)
  • Selain itu, bawa juga dokumen-dokumen berikut (hanya untuk ditunjukkan saja): KTP asli, KK asli, Akte kelahiran asli, dan Ijazah pendidikan asli (semuanya adalah dokumen asli dari fotokopian yang kita kumpulkan).
  • Datanglah sepagi-paginya di kantor imigrasi (jam 8 saja, ga usah lebih pagi), supaya mendapatkan nomer antrian awal. Pengalaman saya yang datang kesiangan (jam 9an) harus mengantri agak lama. Yang bikin bete, ada banyak nomer kosong (tidak ada orangnya) tapi tidak segera maju ke nomer selanjutnya. Aneh kan.. Apa mungkin itu nomernya calo ya?
  • Setelah petugas memeriksa kelengkapan dokumen dan form, kita akan diberi tanda terima permohonan, beserta jadwal-jadwal berikutnya. Yang saya dapat: 22/12 bayar ke kasir, 23/12 foto & wawancara, 5/1 paspor selesai > 13.00 WIB. Ini lebih aneh lagi, bayar dan foto pun harus di hari yang berbeda??
3. Bayar di Kasir (22 Des 2008)
  • Kalau sekedar untuk bayar di kasir, kita gak perlu datang pagi-pagi karena antriannya sangat sedikit.
  • Biaya resmi pembuatan paspor adalah sebagai berikut:
    • Tarif SPRI: Rp. 200.000, -
    • Tarif TI: Rp. 55.000.-
    • Tarif Sidik Jari: Rp. 15.000,-
    • Total: Rp. 270.000,-
4. Foto & Wawancara (23 Des 2008)
  • Berpakaianlah yang rapi, contoh: gunakan kemeja yang berkerah.
  • Datanglah pagi-pagi!! Lagi-lagi saya kesiangan baru datang jam 9an, dan akhirnya mengantri cukup lama seperti pada hari mengumpulkan form. Bedanya, di antrian ini jelas ada orangnya :P. Orang-orang yang menggunakan jasa calo jelas-jelas kelihatan, baru saja datang, duduk beberapa menit, langsung masuk ke ruang foto. Oh, Endonesiah.. -__-.
  • Cheese.. siap-siap difoto pakai webcam. Lalu, geser ke meja sebelahnya untuk sedikit ditanya-tanya apa tujuan kita membuat paspor. Itu lah wawancara, jauh berbeda dari wawancara kerja kan :).
5. Mengambil Paspor (5 Jan 2009)
  • Jarak waktu yang cukup jauh ini dikarenakan adanya libur Natal dan Tahun Baru.
  • Sesuai yang ditulis saat mengumpulkan form, saya mengambil paspor > Pk. 13.00, yakni sekitar jam 3 sore. Dan senangnya, tidak ada antrian sama sekali :).

Yak, sekarang buku paspor 48 halaman sudah ada di tangan saya. Semoga pengalaman saya di atas bisa berguna bagi pembaca yang akan membuat paspor. Saya harap kantor keimigrasian lebih meningkatkan kualitas pelayanannya. Menurut saya, pembuatan paspor seperti itu harusnya bisa tidak lebih dari 3 hari.

Sekarang menyiapkan hal lain menuju "2012 Go International" ... ;)