Mini Drama "Ada Apa Dengan Cinta"

Okay, hands down—this is the coolest Indonesian branded entertainment of the year! 😍 For those who don't know, AADC (short for Ada Apa Dengan Cinta) is the movie that defined Indonesian pop culture in the early 2000s. And now, thanks to LINE, it’s back in a way no one saw coming. Brilliant move, LINE! 👏



Let’s talk about the script. Who didn’t feel something after hearing these lines?


adalah cinta yang mengubah jalannya waktu
karena cinta waktu terbagi dua
denganmu dan rindu
untuk kembali ke masa
**
bener gak ada yang mau lo sampein lagi?
karena semua orang bisa mulai dari awal.
***
jadi beda,
satu purnama di new york dan di jakarta?
****
detik tidak pernah melangkah mundur
tapi kertas putih itu selalu ada

waktu tidak pernah berjalan mundur
dan hari tidak pernah terulang

tetapi
pagi selalu menawarkan cerita yang baru

untuk semua pertanyaan
yang belum pernah terjawab

Goosebumps, right? 🥹


Kudos to the creative geniuses behind this campaign! Not only did they perfectly capture the nostalgic feels, but they also sparked a cultural moment. Even other brands and netizens jumped on the hype train, trying to ride this viral wave. Marketing gold right there. 💎


But here’s something I keep wondering: what’s the real magic behind a viral campaign? Is it about stirring emotions creatively and backing it up with a data-driven strategy? Or is there something else in the mix? 🤔


Happy weekend, folks! Cheers! 🎉


Banda Neira: A Dive into Melodic Joy

Banda Neira isn’t just a beautiful name; it’s also one of the ten volcanic islands that make up the Banda Archipelago in Maluku province, eastern Indonesia. Situated about 132 km southeast of Ambon, this island, along with its neighbors, gained fame as the Spice Islands, renowned for producing nutmeg and mace.


These days, despite its remote location, Banda Neira has emerged as a top destination for divers from all over the globe and is considered one of Southeast Asia's best cruising spots. One day, I hope to explore its beauty myself—#crossingfingers!


Banda from the Top of Gunung Api – © Ismawan Ismail

But today, let’s shift gears a bit. I want to introduce you to Banda Neira, the acoustic-pop indie duo from Indonesia, not the island! I had the pleasure of catching their live performance last week at Salihara, and it was absolutely fantastic.


They describe their music style as nelangsa riang, which translates to "miserably happy." Ironically, it’s not miserable at all! Their lyrics are beautifully poetic—so refreshing compared to the melancholic mainstream pop we often hear these days.


That’s why I’m such a fan of indie music! Their tunes are easy on the ears and quite addictive. The male vocalist’s voice is charmingly simple—if I blast their tracks in my room, my neighbors might just think it's me singing! 😂 And the female voice? Absolutely stunning, just like the vocalist herself, @rarasekar. 💛 


Banda Neira has quickly found a spot in my favorite indie playlist on iTunes, joining the ranks of Mocca, Float, Efek Rumah Kaca, Sore, White Shoes & The Couples Company, and more.


So, ladies and gentlemen, let’s give a warm welcome to Banda Neira, my newest indie obsession! Definitely worth a listen!



Here are some of their lovely lyrics, in no particular order. My top picks are "Kau Keluhkan" and "Ke Entah Berantah." What about you?




Di Atas Kapal Kertas
★★★

Bersembunyi di balik tirai
Memandang jalan
Gadis kecil ingin ke luar
Menantang alam

Tapi di sana hujan
Tiada berkesudahan
Tapi di sana hujan turun membasahi semua sudut kota
Hapus tiap jejak jalan pulang

Berangkat di atas kapal kertas
Menggantungkan haluan
Menambal, menyulam, menghindari karam
Berangkat di atas kapal kertas
Bersandar ke layarnya
Di antara suka, di antara duka

Bersembunyi ia di dalam
Mengintai ruang
Gadis kecil merangkai kapal
Melipat jarak

Tapi di sana hujan
Tiada berkesudahan
Tapi di sana hujan turun membasahi semua sudut kota
Hapus tiap jejak jalan pulang

Berangkat di atas kapal kertas
Menggantungkan haluan
Menambal, menyulam, menghindari karam
Berangkat di atas kapal kertas
Bersandar ke layarnya
Di antara suka, di antara duka



Ke Entah Berantah
★★★★★

Dia datang saat hujan reda
Semerbak merekah namun sederhana
Dia bertingkah tiada bercela
Siapa kuasa

Dia menunggu hingga ku jatuh
Terbawa suasana
Dia menghibur saat ku rapuh
Siapa kuasa

Dan kawan
Bawaku tersesat ke entah berantah
Tersaru antara nikmat atau lara
Berpeganglah erat, bersiap terhempas
Ke tanda tanya

Dia bagai suara hangat senja
Senandung tanpa kata
Dia mengaburkan gelap rindu
Siapa kuasa

Dan kawan
Bawaku tersesat ke entah berantah
Tersaru antara nikmat atau lara
Berpeganglah erat, bersiap terhempas
Ke tanda tanya



Rindu
★★★

Rumah kosong
Sudah lama ingin dihuni
Adalah teman bicara; Siapa saja atau apa
Jendela, kursi
Atau bunga di meja
Sunyi, menyayat seperti belati
Meminta darah yang mengalir dari mimpi



Kau Keluhkan
★★★★★

Kau keluhkan awan hitam
Yang menggulung tiada surutnya
Kau keluhkan dingin malam
Yang menusuk hingga ke tulang

Hawa ini kau benci
Dan kau inginkan tuk segera pergi
Berdiri angkat kaki
Tiada raut riangmu di muka, pergi segera

Kau keluhkan sunyi ini
Dan tak ada yang menemani
Kau keluhkan risau hati
Yang tak kunjung juga berhenti

Rasa itu kau rindu
Dan kau inginkan tuk segera tiba
Dan kembali bermimpi
Hanyut dalam hangatnya pelukan cahaya mentari

Dan ingatlah pesan sang surya pada manusia malam itu
Tuk mengingatnya di saat dia tak ada
Tuk mengingatnya di saat dia tak ada
Tuk mengingatnya di saat dia tak ada
Esok pasti jumpa



Kisah Tanpa Cerita
★★★

Matahari menyingsing
Kali ini dari utara
Salju turun percaya saja
Meski belum waktunya

Perempuan di paruh waktu
Hatinya teguh ditempa kalut
Lelaki di ujung tanduk, harapannya sederhana
Sekisah tanpa cerita
Sekisah tanpa cerita

Angin menanti
Gema suara burung berpulang
Sore itu tak biasanya
Tak ada cahaya di jendela

Perempuan di paruh waktu,
Hatinya teguh ditempa kalut
Lelaki di ujung tanduk, harapannya sederhana
Sekisah tanpa cerita
Sekisah tanpa cerita

Jika yang tersisa hanya kita berdua
Jika yang menggila ada kita berdua

Lekas jauh pergi
Lekas jauh pergi

Jika yang tersisa hanya kita berdua
Jika yang menggila ada kita berdua

Lekas jauh pergi
Lekas jauh pergi



Berjalan Lebih Jauh
★★★★

Bangun,
Sebab pagi terlalu berharga
Tuk kita lewati
Dengan tertidur

Bangun,
Sebab hari terlalu berharga
Tuk kita lalui dengan
Bersungut-sungut

Berjalan lebih jauh
Menyelam lebih dalam
Jelajah semua warna
Bersama, bersama

Bangun,
Sebab hidup teramat berharga
Dan kita jalani
Jangan menyerah

Berjalan lebih jauh
Menyelam lebih dalam
Jelajah semua warna
Bersama, bersama, bersama



Hujan di Mimpi
★★★★★

Semesta bicara tanpa bersuara
Semesta ia kadang buta aksara
Sepi itu indah, percayalah
Membisu itu anugerah

Seperti hadirmu di kala gempa
Jujur dan tanpa bersandiwara
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua kita berlari

Semesta bergulir tak kenal aral
Seperti langkah-langkah menuju kaki langit
Seperti genangan akankah bertahan
Atau perlahan menjadi lautan

Seperti hadirmu di kala gempa
Jujur dan tanpa bersandiwara
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua kita berlari



Di Beranda
★★★★

Oh, Ibu tenang sudah
Lekas seka air matamu
Sembapmu malu dilihat tetangga

Oh, Ayah mengertilah
Rindu ini tak terbelenggu
Laraku setiap teringat peluknya

Kamarnya kini teratur rapi
Ribut suaranya tak ada lagi
Tak usah kau cari dia tiap pagi

Dan jika suatu saat
Buah hatiku, buah hatimu
Untuk sementara waktu pergi

Usahlah kau pertanyakan
Ke mana kakinya kan melangkah
Kita berdua tahu, dia pasti
Pulang ke rumah

Kamarnya kini teratur rapi
Ribut suaranya tak ada lagi
Tak usah kau cari dia tiap pagi

Dan jika suatu saat
Buah hatiku, buah hatimu
Untuk sementara waktu pergi

Usahlah kau pertanyakan
Ke mana kakinya kan melangkah
Kita berdua tahu, dia pasti
Pulang ke rumah



Senja di Jakarta
★★★★★

Bersepeda di kala senja
Mengejar mentari tenggelam
Hangat jingga temani rasa
Nikmati Jakarta

Bersepeda keliling kota
Kanan kiri, ramai jalanan
Arungi lautan kendaraan
Oh, senja di Jakarta

Parapa, parapa, parapa, parara
Nikmati jalan di Jakarta
Parapa, parapa, parapa, parara
Maafkan jalan Jakarta

Bersepeda sepulang kerja
Kenyang hirup asap Kopaja
Klakson kanan kiri berbalasan
Oh, senja di Jakarta

Parapa, parapa, parapa, parara
Nikmati jalan di Jakarta
Parapa, parapa, parapa, parara
Nikmati jalan di Jakarta
Maafkan jalan Jakarta
Nikmati jalan di Jakarta

Bersepeda, di kala senja
Nikmati Jakarta