Payung Teduh: A Long-Awaited Performance

I finally caught a live performance from one of my all-time favorite Indonesian musicians, Payung Teduh! I’ve missed several of their concerts in the past due to deadlines and other commitments, but I was thrilled to make it last Sunday at Red Festival. They performed alongside other favorites of mine, WSATCC and Sore.


What sets Payung Teduh apart is their unique blend of outstanding music. Their fusion of pop, keroncong, and jazz is a rare gem in the Indonesian music scene. And let’s not forget their brilliant, poetic lyrics—they truly create the perfect musical experience!


Sketch of "Berdua Saja" – by @aselaastrelia

But there is nothing tricky from Payung Teduh’s popularity. The quartet’s instant fame proofs that people miss good music with good lyrics. The attempt to “normalise” keroncong music into something more tangible is another strong point from the Depok-based quartet. Asked about their music in an interview with BBC Indonesia, they revealed that the calming, soothing mood is deliberately embraced to counter Jakarta’s tiring life. "Jakarta is already super hectic, at least our listener could sit down and relax a bit with our music," they explained. – Sounds From The Corner #11



Berdua Saja

★★★★★

Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata
Ketika kita berdua
Hanya aku yang bisa bertanya
Mungkinkah kau tahu jawabnya

Malam jadi saksinya
Kita berdua di antara kata
Yang tak terucap
Berharap waktu membawa keberanian
Untuk datang membawa jawaban

Mungkinkah kita ada kesempatan
Ucapkan janji takkan berpisah selamanya




Menuju Senja

★★★★★

Harum mawar di taman
Menusuk hingga ke dalam sukma
Dan menjadi tumpuan rindu cinta bersama
Di sore itu menuju senja

Bersama hati yang terluka, tertusuk pilu
Menganga luka itu di antara senyum
Dan menapaki jejak kenangan di sore yang gelap ditutupi awan
Bersama setangkup bunga cerita yang kian merambat di dinding penantian
Ada yang mati saat itu dalam kerinduaan yang tak terobati

Harum mawar di taman
Menusuk hingga ke dalam sukma
Dan menjadi tumpuan rindu cinta bersama
Di sore itu menuju senja

Baru saja kuberanjak beberapa saat sebelum itu
Ada yang mati menunggu sore menuju senja, bersama..

Harum mawar di taman
Menusuk hingga ke dalam sukma
Dan menjadi tumpuan rindu cinta bersama
Di sore itu menuju senja




Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan

★★★★★

Tak terasa gelap pun jatuh
Di ujung malam menuju pagi yang dingin
Hanya ada sedikit bintang malam ini
Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya

Lalu mataku merasa malu
Semakin dalam ia malu kali ini
Kadang juga ia takut
Tatkala harus berpapasan di tengah pelariannya

Di malam hari
Menuju pagi
Sedikit cemas
Banyak rindunya