"Time flies on restless pinions - constant never." – Friedrich Schiller
Tulisan ini dibuat sejak akhir Desember 2012, tapi belum sempat di-post karena kesibukan baru saya di awal tahun ini. Rasanya seperti baru kemarin saya menulis rangkuman kehidupan saya di post My Year in Review: 2011. Dan memang serasa baru kemarin, karena di tahun 2012, saya sangat sangat jarang sekali mengupdate blog ini. Ada beberapa draft blogpost yang sudah saya tulis, namun hanya 1/2 jalan, belum selesai, lalu ditinggal selama berbulan-bulan. Haish.. better luck this year!
Januari
Tahun baru, semangat baru! Belajar hidup lebih irit, lebih baik mengatur keuangan pribadi, dan menghargai hasil jerih payah lebih lagi, apalagi pengeluaran tambah banyak sejak pindah dari Cikarang ke Jakarta. Oya, di awal tahun 2012, saya bersama teman-teman Suitmedia merencanakan pergi liburan ke Lombok, tapi batal di hari-H karena cuaca dan akhirnya malah jalan-jalan di Bali. However, tetep seruuu!! :)
Februari
Di bulan ini, salah satu project Suitmedia yang paling seru dan saya handle akhirnya go live, yaitu re-development website salah satu low-cost airline Indonesia. Proses migrasinya pun melibatkan beberapa tim yang lokasinya tersebar di beberapa negara: Indonesia, Thailand, Swiss (?), dan bikin gak tidur beberapa malam. Sempat ada miskomunikasi di kalangan tertentu, tapi akhirnya semua bisa teratasi dengan baik. Dari sisi technical, yang paling challenging adalah bagaimana website tetap running well ketika ada hit ribuan visitors datang pada waktu yang bersamaan – waktu itu lagi ada promo tiket Rp 139ribu.
Kelas Inspirasi
Sending a seed of hope, creating a story of dream...
Itu adalah salah satu pesan Pak Anies Baswedan pada saat pembukaan dan briefing Kelas Inspirasi, 14 April yang lalu. Idenya sederhana, mengajak para profesional kelas menengah untuk berbagi pengalaman, membuka kunci mimpi, kepada anak-anak SD dari golongan menengah ke bawah. Anak-anak yang impiannya hanya sebatas yang mereka lihat dari lingkungan mereka dan acara televisi yang ditontonnya.
Give hope through a sincere message, then it will be a dream..
Teringat kisah seorang anak bangsa yang paling brilian, Pak Habibie, di masa sekolah beliau mendengarkan pidato Bung Karno dan terinspirasi, bahwa untuk menjadi bangsa yang kuat, kita harus menguasai udara dan laut. Pesawat terbang dan kapal laut lah yang bisa memperkuat dan menyatukan Indonesia, baik secara militer maupun secara ekonomi, kata bung Karno. Dari situ lah, akhirnya Pak Habibie akhirnya memutuskan untuk mendalami bidang aerospace engineering. Dimulai dari menjadi salah satu mahasiswa yang dikirim ke Eropa oleh Bung Karno, beliau kini menjadi salah satu orang paling ahli di dunia dirgantara. Semuanya berawal dari mimpi.
Kisah lainnya yang diceritakan Pak Anies, adalah kisah seorang ahli kelistrikan dari UGM, tentang bagaimana beliau akhirnya mendalami ilmu tersebut. Ternyata pada tahun 1950an, Bung Hatta datang ke Sumatra untuk meresmikan Bendungan Asahan. Kedatangan seorang tokoh proklamator ini menarik meminat banyak orang, termasuk sekelompok anak muda dari daerah Sumatra Utara sana. Meskipun tidak berapi-api seperti pidato Bung Karno, Bung Hatta berpesan bahwa kebutuhan membangun bendungan seperti ini akan meningkat. Oleh karena itu, bangsa Indonesia membutuhkan banyak insinyur listrik. Akhirnya, banyak pemuda dari daerah tersebut yang mengambil studi kelistrikan. Semuanya berawal dari mimpi.
Middle class is formed through education. It's time to pay back..
25 April, saya dan 7 rekan lainnya mendapatkan kesempatan untuk mengajar seharian di SDN Duri Pulo 03 Jakarta. Ketujuh rekan saya ini orang-orang hebat: Ferli (psikolog), Imesh (editor in chief), Citra (banker), Tamara (lighting designer), Rahma (fashion designer), Doni (business impactor) dan Puja (software developer). Selain kami, ada 200an orang lainnya dengan beragam profesi menjadi volunteer di berbagai SD Negeri di Jakarta. Pada hari itu kami semua menjelaskan tentang profesi kami masing-masing di hadapan anak-anak SD. Sebuah hal yang cukup challenging bagi kami, menjelaskan apa yang sehari-hari kami kerjakan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak. Bagi kebanyakan volunteer Kelas Inspirasi yang sudah sering berbicara di depan publik dewasa, mengajar di hadapan anak-anak itu ternyata jauuuuh lebih susah. Banyak yang awalnya grogi, tapi belakangan malah menjadi candu.
Persiapan saya untuk Kelas Inspirasi ini cukup panjang, terutama mencari inspirasi bagaimana menjelaskan profesi Software Engineer ke depan anak-anak. Ada 5 poin yang perlu disampaikan ke anak-anak itu: siapa saya, apa profesi saya, apa yang dilakukan profesi saya setiap harinya saat bekerja, apa manfaat profesi saya bagi masyarakat, dan bagaimana caranya menggapai profesi seperti saya. Kelima poin tersebut harus disampaikan dengan nilai-nilai positif dalam pengajarannya, dengan penekanan pada nilai kejujuran, kerja keras dan kemandirian.
When in doubt, ask StackOverflow..
Salah satu inspirasi saya tentang bagaimana menceritakan pekerjaan Software Engineer ke anak-anak adalah sebuah thread di StackOverflow Career day in kindergarten: how to demonstrate programming in 20 minutes. Dari situ saya belajar bahwa jelas sangat sulit (tapi mungkin aja sih :p) mengenalkan kode pemrograman ke anak-anak SD. Jadi, alih-alih mengajarkan tentang coding, saya menceritakan tentang apa aja sih yang bisa diciptakan oleh seorang Software Engineer. Kemudian, saya menceritakan bahwa apa yang sehari-harinya Software Engineer lakukan itu seperti bermain teka-teki B-), mulai dari requirement gathering, analysis, design, implementation sampai testing. Setelah itu, saya bercerita tentang manfaatnya dan bagaimana menjadi seorang Software Engineer.
Cukup mengejutkan ketika kami bertanya ke murid-murid SD tersebut, apa cita-cita adik-adik sekalian. Kebanyakan menjawab ini menjadi pemain bola atau ingin menjadi artis. Entah kenapa tidak banyak yang menjawab ingin jadi dokter, pilot, insiyur ataupun presiden seperti halnya ketika saya duduk di bangku SD seperti adik-adik itu. Ternyata lingkungan dan tontonan televisi itu sangat mempengaruhi pola pikir dan mimpi anak-anak. Satu hal yang bikin terenyuh adalah ketika Doni meminta adik-adik SD itu untuk menggambarkan cita-citanya di secarik kertas, ada seorang anak yang menggambar sebuah mobil berwarna biru. "Ini saya sedang jadi sopir taksi Blue Bird. Saya sedang bepergian bersama Bapak, Ibu dan kakak saya di taksi ini."
Biaya pendidikan yang relatif tinggi itu bukanlah halangan untuk mencapai cita-cita, karena jika kita mau berusaha, jalan itu akan terbuka buat kita. Serta attitude seperti jujur, kerja keras dan mandiri itu jauh lebih penting daripada harta kekayaan.. Mungkin itu pesan utama yang saya sampaikan dalam kesempatan Kelas Inspirasi. Sungguh acara seperti ini sangatlah bermanfaat sekali, baik bagi adik-adik SD dari kalangan tertentu maupun bagi rekan-rekan profesional yang sudah dan sedang mencapai sukses. Semoga program Kelas Inspirasi ini sustainable, terus berkembang dan menjangkau lebih banyak lagi anak-anak di berbagai kota di seluruh Indonesia. Lebih dari itu, semoga anak-anak Indonesia, generasi penerus bangsa ini bisa mempunyai mimpi yang besar dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai mimpi itu.
Give a man a fish and you feed him for a day.
Teach a man how to fish and you feed him for a lifetime..
Itu adalah salah satu pesan Pak Anies Baswedan pada saat pembukaan dan briefing Kelas Inspirasi, 14 April yang lalu. Idenya sederhana, mengajak para profesional kelas menengah untuk berbagi pengalaman, membuka kunci mimpi, kepada anak-anak SD dari golongan menengah ke bawah. Anak-anak yang impiannya hanya sebatas yang mereka lihat dari lingkungan mereka dan acara televisi yang ditontonnya.
Give hope through a sincere message, then it will be a dream..
Teringat kisah seorang anak bangsa yang paling brilian, Pak Habibie, di masa sekolah beliau mendengarkan pidato Bung Karno dan terinspirasi, bahwa untuk menjadi bangsa yang kuat, kita harus menguasai udara dan laut. Pesawat terbang dan kapal laut lah yang bisa memperkuat dan menyatukan Indonesia, baik secara militer maupun secara ekonomi, kata bung Karno. Dari situ lah, akhirnya Pak Habibie akhirnya memutuskan untuk mendalami bidang aerospace engineering. Dimulai dari menjadi salah satu mahasiswa yang dikirim ke Eropa oleh Bung Karno, beliau kini menjadi salah satu orang paling ahli di dunia dirgantara. Semuanya berawal dari mimpi.
Kisah lainnya yang diceritakan Pak Anies, adalah kisah seorang ahli kelistrikan dari UGM, tentang bagaimana beliau akhirnya mendalami ilmu tersebut. Ternyata pada tahun 1950an, Bung Hatta datang ke Sumatra untuk meresmikan Bendungan Asahan. Kedatangan seorang tokoh proklamator ini menarik meminat banyak orang, termasuk sekelompok anak muda dari daerah Sumatra Utara sana. Meskipun tidak berapi-api seperti pidato Bung Karno, Bung Hatta berpesan bahwa kebutuhan membangun bendungan seperti ini akan meningkat. Oleh karena itu, bangsa Indonesia membutuhkan banyak insinyur listrik. Akhirnya, banyak pemuda dari daerah tersebut yang mengambil studi kelistrikan. Semuanya berawal dari mimpi.
Middle class is formed through education. It's time to pay back..
25 April, saya dan 7 rekan lainnya mendapatkan kesempatan untuk mengajar seharian di SDN Duri Pulo 03 Jakarta. Ketujuh rekan saya ini orang-orang hebat: Ferli (psikolog), Imesh (editor in chief), Citra (banker), Tamara (lighting designer), Rahma (fashion designer), Doni (business impactor) dan Puja (software developer). Selain kami, ada 200an orang lainnya dengan beragam profesi menjadi volunteer di berbagai SD Negeri di Jakarta. Pada hari itu kami semua menjelaskan tentang profesi kami masing-masing di hadapan anak-anak SD. Sebuah hal yang cukup challenging bagi kami, menjelaskan apa yang sehari-hari kami kerjakan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak. Bagi kebanyakan volunteer Kelas Inspirasi yang sudah sering berbicara di depan publik dewasa, mengajar di hadapan anak-anak itu ternyata jauuuuh lebih susah. Banyak yang awalnya grogi, tapi belakangan malah menjadi candu.
Kelas Inspirasi 2012 – © Kompas.com |
Persiapan saya untuk Kelas Inspirasi ini cukup panjang, terutama mencari inspirasi bagaimana menjelaskan profesi Software Engineer ke depan anak-anak. Ada 5 poin yang perlu disampaikan ke anak-anak itu: siapa saya, apa profesi saya, apa yang dilakukan profesi saya setiap harinya saat bekerja, apa manfaat profesi saya bagi masyarakat, dan bagaimana caranya menggapai profesi seperti saya. Kelima poin tersebut harus disampaikan dengan nilai-nilai positif dalam pengajarannya, dengan penekanan pada nilai kejujuran, kerja keras dan kemandirian.
When in doubt, ask StackOverflow..
Salah satu inspirasi saya tentang bagaimana menceritakan pekerjaan Software Engineer ke anak-anak adalah sebuah thread di StackOverflow Career day in kindergarten: how to demonstrate programming in 20 minutes. Dari situ saya belajar bahwa jelas sangat sulit (tapi mungkin aja sih :p) mengenalkan kode pemrograman ke anak-anak SD. Jadi, alih-alih mengajarkan tentang coding, saya menceritakan tentang apa aja sih yang bisa diciptakan oleh seorang Software Engineer. Kemudian, saya menceritakan bahwa apa yang sehari-harinya Software Engineer lakukan itu seperti bermain teka-teki B-), mulai dari requirement gathering, analysis, design, implementation sampai testing. Setelah itu, saya bercerita tentang manfaatnya dan bagaimana menjadi seorang Software Engineer.
Cukup mengejutkan ketika kami bertanya ke murid-murid SD tersebut, apa cita-cita adik-adik sekalian. Kebanyakan menjawab ini menjadi pemain bola atau ingin menjadi artis. Entah kenapa tidak banyak yang menjawab ingin jadi dokter, pilot, insiyur ataupun presiden seperti halnya ketika saya duduk di bangku SD seperti adik-adik itu. Ternyata lingkungan dan tontonan televisi itu sangat mempengaruhi pola pikir dan mimpi anak-anak. Satu hal yang bikin terenyuh adalah ketika Doni meminta adik-adik SD itu untuk menggambarkan cita-citanya di secarik kertas, ada seorang anak yang menggambar sebuah mobil berwarna biru. "Ini saya sedang jadi sopir taksi Blue Bird. Saya sedang bepergian bersama Bapak, Ibu dan kakak saya di taksi ini."
Biaya pendidikan yang relatif tinggi itu bukanlah halangan untuk mencapai cita-cita, karena jika kita mau berusaha, jalan itu akan terbuka buat kita. Serta attitude seperti jujur, kerja keras dan mandiri itu jauh lebih penting daripada harta kekayaan.. Mungkin itu pesan utama yang saya sampaikan dalam kesempatan Kelas Inspirasi. Sungguh acara seperti ini sangatlah bermanfaat sekali, baik bagi adik-adik SD dari kalangan tertentu maupun bagi rekan-rekan profesional yang sudah dan sedang mencapai sukses. Semoga program Kelas Inspirasi ini sustainable, terus berkembang dan menjangkau lebih banyak lagi anak-anak di berbagai kota di seluruh Indonesia. Lebih dari itu, semoga anak-anak Indonesia, generasi penerus bangsa ini bisa mempunyai mimpi yang besar dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai mimpi itu.
Give a man a fish and you feed him for a day.
Teach a man how to fish and you feed him for a lifetime..
Short Trip to Bali
Kamis, 26 Januari 2012, saya dan teman-teman Suitmedia, mengadakan annual gathering ke Lombok dan Bali. Acara ini sebenarnya sudah direncanakan beberapa bulan sebelumnya dan sempat mengalami beberapa perubahan rencana. Awalnya sempat tercetus gagasan untuk gathering ke negara tetangga, supaya wawasan tim kita lebih terbuka terhadap kemajuan teknologi. Namun karena jumlah orang di semua business unit bertambah banyak dan load pekerjaan di akhir tahun cukup tinggi, akhirnya acara annual gathering (a.k.a. internal agency training) dipindah ke dalam negeri saja dan dilaksanakan di awal tahun 2012.
Setelah menyelesaikan PR dari beberapa klien sampai jam 3 pagi di kantor, akhirnya bisa sedikit tenang bisa meninggalkan Jakarta tanpa perlu membawa laptop. Jam 10 pagi, kami bertiga puluhan menyewa taksi menuju Terminal 1C Bandara Soeta. Jadwal keberangkatan Batavia Air ke Denpasar hari itu seharusnya jam 1 siang, tapi ternyata delay, as always, sampai 1,5 jam.
Jam 4an sore WITA, kami tiba di Bandara Ngurah Rai, rencananya mau langsung naik bis menuju Padangbai. Itinerary yang sudah disusun untuk 3 hari pun sebenarnya semuanya berkegiatan di Lombok. Sayangnya cuaca hari itu sedang tidak baik, gelombang laut sedang tinggi sehingga pelabuhan pun tutup selama beberapa hari. Plan B — naik pesawat dari Denpasar ke Lombok — pun tidak bisa dilakukan akibat delay Batavia Air sebelumnya. Akhirnya, dengan terpaksa seluruh itinerary yang sudah dirancang Dandy dibatalkan. Itinerary yang baru pun dirancang spontan di Denpasar berbekal koneksi Dandy dan Mike di Bali.
Hari pertama, kami hanya numpang lewat ke Kuta dan Seminyak. Tempat singgah pertama ternyata malah rumah makan khas Jakarta, Warung Batavia di Kuta. Tapi berhubung perut sudah krucuk-krucuk — jam 9 malam waktu setempat — apapun itu yang penting bikin kenyang. Selesai makan malam, kami melanjutkan perjalanan ke Seminyak dan menginap di Grandmas Hotel. Sekitar 200 meter dari hotel adalah pantai Seminyak. Malam itu kelihatan sekali bahwa gelombang laut sangat tidak bagus, pantas saja pelabuhan ditutup. Tepat di ujung jalan menuju pantai, ada hotel Anantara yang mana punya sebuah club/bar terbuka di lantai paling atas. Karena waktu itu bukan akhir pekan dan sudah larut malam, suasana seolah-olah seperti club pribadi. Sofanya berbentuk kasur, langsung menghadap ke Samudera Hindia, great view! Jadi terpikir suatu saat kalau backpacking ke sana, semoga bisa menumpang tidur di club tersebut hanya dengan memesan segelas Bintang/Heineken :p haha..
Hari kedua, kami berangkat agak kesiangan menuju Kintamani. Kalau di peta, Seminyak itu di kiri bawah, Kintamani itu di kanan atas. Pantas saja kalau perjalanan ini memakan waktu beberapa jam. Satu hal yang kurang mengenakkan di Kintamani adalah para penjual oleh-oleh di sana sangat memaksakan jualannya ke para turis. Seusai makan siang dan mengunjungi Danau Batur, kami kembali ke selatan pulau Bali. Niatnya mengejar sunset di Tanah Lot, tapi sayangnya cuaca tidak mendukung, akhirnya hanya sekedar "touchdown" di Pura Tanah Lot. Hari semakin malam, kami beranjak untuk makan malam di Jimbaran. Sea food nya enak-enak, terutama sambal bawang khas Bali, ditambah lagi pemandangan laut nya malam itu nggak kalah oke. Kami kembali ke penginapan di Seminyak menjelang tengah malam. Perut kenyang, semua senang :)
Hari ketiga, kami berangkat lebih pagi meninggalkan Seminyak menuju Monkey Forest di Ubud. Setelah puas melihat-lihat monyet (aneh ya?), kami mampir makan siang dulu di tengah sawah, masih di Ubud. Lagi-lagi menu nya sea food, nggak kalah enak dari sea food Jimbaran, dan yang paling penting sambal bawang khas Bali nya maknyus! :) Usai makan siang, kami menyempatkan diri ke pusat oleh-oleh Krisna dan Joger, di Kuta, sebelum menuju tempat wisata terakhir, the famous Kuta Beach. Well, kalau dibandingkan pantai-pantai lainnya di Indonesia — misalnya Karimunjawa, Pulau Seribu, dll — keindahan Pantai Kuta ini sebenarnya tidak ada apa-apanya. Jadi ingat jurnalis Time pun pernah mengkritik pemerintah Bali karena tidak bisa mengurus Kuta. But then, rasanya ada yang kurang kalau ke Bali tanpa "touchdown" di Kuta. Dari Kuta, kami langsung menuju ke Bandara Ngurah Rai. Sempat khawatir karena ada satu rombongan mobil yang terancam ketinggalan pesawat karena terjebak macet di jalan. Untungnya, mereka semua bisa menyusul di detik-detik terakhir check in, sambil ngos-ngosan tentunya XD. Untuk perjalanan pulang ini, kami naik pesawat milik maskapai Citilink, tarifnya terjangkau dan berangkatnya on time. Jam 10 malam WIB, kami tiba dengan selamat di Bandara Soeta, setelah mengalami penerbangan di cuaca yang kurang baik.
Well, meskipun sangat singkat, tapi 3 hari tersebut lumayan memberi penyegaran buat teman-teman yang sudah bekerja keras sepanjang tahun. Salut sama Dandy dan Mike yang bisa arrange rencana perjalanan secara spontan untuk 30an orang. Selain itu, teman-teman pun bisa saling mengenal satu sama lain di antara semua business unit: tim Jakarta, Bandung, BukaLapak, HijUp dan Buzz. Semoga kita bisa bekerja lebih baik lagi, lebih fun tapi tetap profesional. Semoga spirit GWP (Great Work Place) bisa terbawa ke Suitmedia :)
Let's achieve more!
*) Photos credit to @zarathezara, @akhmadamal, @diajenglestari
Suitmedia at Kuta Beach |
Setelah menyelesaikan PR dari beberapa klien sampai jam 3 pagi di kantor, akhirnya bisa sedikit tenang bisa meninggalkan Jakarta tanpa perlu membawa laptop. Jam 10 pagi, kami bertiga puluhan menyewa taksi menuju Terminal 1C Bandara Soeta. Jadwal keberangkatan Batavia Air ke Denpasar hari itu seharusnya jam 1 siang, tapi ternyata delay, as always, sampai 1,5 jam.
Wondering why domestic flights are often delayed. Scheduling algorithm is not a rocket science indeed. — January 26, 2012
Jam 4an sore WITA, kami tiba di Bandara Ngurah Rai, rencananya mau langsung naik bis menuju Padangbai. Itinerary yang sudah disusun untuk 3 hari pun sebenarnya semuanya berkegiatan di Lombok. Sayangnya cuaca hari itu sedang tidak baik, gelombang laut sedang tinggi sehingga pelabuhan pun tutup selama beberapa hari. Plan B — naik pesawat dari Denpasar ke Lombok — pun tidak bisa dilakukan akibat delay Batavia Air sebelumnya. Akhirnya, dengan terpaksa seluruh itinerary yang sudah dirancang Dandy dibatalkan. Itinerary yang baru pun dirancang spontan di Denpasar berbekal koneksi Dandy dan Mike di Bali.
Tiba di Bandara Ngurah Rai, Bali |
Hari pertama, kami hanya numpang lewat ke Kuta dan Seminyak. Tempat singgah pertama ternyata malah rumah makan khas Jakarta, Warung Batavia di Kuta. Tapi berhubung perut sudah krucuk-krucuk — jam 9 malam waktu setempat — apapun itu yang penting bikin kenyang. Selesai makan malam, kami melanjutkan perjalanan ke Seminyak dan menginap di Grandmas Hotel. Sekitar 200 meter dari hotel adalah pantai Seminyak. Malam itu kelihatan sekali bahwa gelombang laut sangat tidak bagus, pantas saja pelabuhan ditutup. Tepat di ujung jalan menuju pantai, ada hotel Anantara yang mana punya sebuah club/bar terbuka di lantai paling atas. Karena waktu itu bukan akhir pekan dan sudah larut malam, suasana seolah-olah seperti club pribadi. Sofanya berbentuk kasur, langsung menghadap ke Samudera Hindia, great view! Jadi terpikir suatu saat kalau backpacking ke sana, semoga bisa menumpang tidur di club tersebut hanya dengan memesan segelas Bintang/Heineken :p haha..
SOS Supper Club at Anantara Bali |
Hari kedua, kami berangkat agak kesiangan menuju Kintamani. Kalau di peta, Seminyak itu di kiri bawah, Kintamani itu di kanan atas. Pantas saja kalau perjalanan ini memakan waktu beberapa jam. Satu hal yang kurang mengenakkan di Kintamani adalah para penjual oleh-oleh di sana sangat memaksakan jualannya ke para turis. Seusai makan siang dan mengunjungi Danau Batur, kami kembali ke selatan pulau Bali. Niatnya mengejar sunset di Tanah Lot, tapi sayangnya cuaca tidak mendukung, akhirnya hanya sekedar "touchdown" di Pura Tanah Lot. Hari semakin malam, kami beranjak untuk makan malam di Jimbaran. Sea food nya enak-enak, terutama sambal bawang khas Bali, ditambah lagi pemandangan laut nya malam itu nggak kalah oke. Kami kembali ke penginapan di Seminyak menjelang tengah malam. Perut kenyang, semua senang :)
Suitmedia Crew at Tanah Lot, Bali |
Hari ketiga, kami berangkat lebih pagi meninggalkan Seminyak menuju Monkey Forest di Ubud. Setelah puas melihat-lihat monyet (aneh ya?), kami mampir makan siang dulu di tengah sawah, masih di Ubud. Lagi-lagi menu nya sea food, nggak kalah enak dari sea food Jimbaran, dan yang paling penting sambal bawang khas Bali nya maknyus! :) Usai makan siang, kami menyempatkan diri ke pusat oleh-oleh Krisna dan Joger, di Kuta, sebelum menuju tempat wisata terakhir, the famous Kuta Beach. Well, kalau dibandingkan pantai-pantai lainnya di Indonesia — misalnya Karimunjawa, Pulau Seribu, dll — keindahan Pantai Kuta ini sebenarnya tidak ada apa-apanya. Jadi ingat jurnalis Time pun pernah mengkritik pemerintah Bali karena tidak bisa mengurus Kuta. But then, rasanya ada yang kurang kalau ke Bali tanpa "touchdown" di Kuta. Dari Kuta, kami langsung menuju ke Bandara Ngurah Rai. Sempat khawatir karena ada satu rombongan mobil yang terancam ketinggalan pesawat karena terjebak macet di jalan. Untungnya, mereka semua bisa menyusul di detik-detik terakhir check in, sambil ngos-ngosan tentunya XD. Untuk perjalanan pulang ini, kami naik pesawat milik maskapai Citilink, tarifnya terjangkau dan berangkatnya on time. Jam 10 malam WIB, kami tiba dengan selamat di Bandara Soeta, setelah mengalami penerbangan di cuaca yang kurang baik.
Suitmedia at Monkey Forest, Ubud |
Well, meskipun sangat singkat, tapi 3 hari tersebut lumayan memberi penyegaran buat teman-teman yang sudah bekerja keras sepanjang tahun. Salut sama Dandy dan Mike yang bisa arrange rencana perjalanan secara spontan untuk 30an orang. Selain itu, teman-teman pun bisa saling mengenal satu sama lain di antara semua business unit: tim Jakarta, Bandung, BukaLapak, HijUp dan Buzz. Semoga kita bisa bekerja lebih baik lagi, lebih fun tapi tetap profesional. Semoga spirit GWP (Great Work Place) bisa terbawa ke Suitmedia :)
Let's achieve more!
*) Photos credit to @zarathezara, @akhmadamal, @diajenglestari
Mencatat Keuangan Pribadi
Banyak orang ketika di akhir periode tertentu bertanya-tanya selama ini uangnya dipakai buat apa. Saya dulu termasuk orang seperti itu. Saat kuliah lumayan dapat pemasukan yang cukup untuk level mahasiswa, dari proyek, honor asisten dan lain-lain. Tapi begitu sudah lulus, yang tersisa di tabungan dan yang berwujud barang rasanya kok cuma segitu saja XD. Nah, sejak saat itu, saya mulai banyak membaca buku atau artikel tentang finansial, termasuk tentang keuangan pribadi.
Setelah melakukan "studi literatur" tersebut, bisa disimpulkan bahwa langkah pertama untuk mengelola keuangan pribadi adalah dengan mencatatnya. Awalnya memang sangat merepotkan, karena harus mengingat-ingat dan mencatat pengeluaran setiap hari sepanjang tahun. Tapi lama-kelamaan, jadi terbiasa dan tidak menjadi beban.
Ada dua tools yang biasa saya gunakan, yaitu spreadsheet dan software finansial. Tujuan keduanya sama, yaitu untuk budgeting dan expense tracking.
Kalau menggunakan spreadsheet (baik Excel, maupun LibreOffice), biasanya lebih fleksibel karena kita bisa mengatur tampilannya sesuai selera. Menurut saya, komponen yang paling penting yang harus ada di spreadsheet tersebut adalah anggaran belanja dan klasifikasi pengeluaran. Terlampir di akhir artikel ini, link untuk mendownload template financial report yang saya buat beberapa tahun yang lalu, yang saya update tiap tahun. Kita tinggal memilih jenis pengeluaran dan mengisi jumlahnya, nanti akan muncul akumulasinya di tabel dan sheet lain. Sedangkan untuk mengetahui statistik harian, kita cukup mengisi formula SUM sederhana per hari.
Tool lainnya, yaitu software finansial. Ada banyak software finansial yang ada di luar sana, antara lain Quicken, Microsoft Money, dan GnuCash. Dan software finansial favorit saya adalah GnuCash. GnuCash merupakan software finansial yang open source dan tersedia di semua platform: Mac, Linux dan Windows. Sistem pembukuan di GnuCash juga sifatnya double-entry bookkeeping. Jadi, setiap transaksi itu akan dicatat ke dua atau lebih akun, kredit atau debit. Dengan demikian, seluruh transaksi akan tercatat konsisten, jumlah uang yang "keluar" sama dengan yang "masuk". Kita bahkan bisa mencatat semua aset, rekening, pemasukan dan semua investasi kita menggunakan GnuCash.
Nah, setelah kita punya catatan pengeluaran sepanjang bulan, dari situ kita bisa menetapkan anggaran belanja (budget) bulanan untuk masing-masing kategori. Misalnya, budget untuk belanja buku tiap bulan sekian, untuk makan sekian, dan seterusnya. Dari data tersebut, kita juga bisa mengetahui di bagian mana kita harus lebih berhemat lagi. Dan pastinya, bisa membantu kita untuk menghindari "besar pasak daripada tiang". Cheers! :)
Download Financial Report 2012 (xlsx), alternatif: xls
Download GnuCash
Setelah melakukan "studi literatur" tersebut, bisa disimpulkan bahwa langkah pertama untuk mengelola keuangan pribadi adalah dengan mencatatnya. Awalnya memang sangat merepotkan, karena harus mengingat-ingat dan mencatat pengeluaran setiap hari sepanjang tahun. Tapi lama-kelamaan, jadi terbiasa dan tidak menjadi beban.
GnuCash - Free/OpenSource Accounting Software |
Ada dua tools yang biasa saya gunakan, yaitu spreadsheet dan software finansial. Tujuan keduanya sama, yaitu untuk budgeting dan expense tracking.
Kalau menggunakan spreadsheet (baik Excel, maupun LibreOffice), biasanya lebih fleksibel karena kita bisa mengatur tampilannya sesuai selera. Menurut saya, komponen yang paling penting yang harus ada di spreadsheet tersebut adalah anggaran belanja dan klasifikasi pengeluaran. Terlampir di akhir artikel ini, link untuk mendownload template financial report yang saya buat beberapa tahun yang lalu, yang saya update tiap tahun. Kita tinggal memilih jenis pengeluaran dan mengisi jumlahnya, nanti akan muncul akumulasinya di tabel dan sheet lain. Sedangkan untuk mengetahui statistik harian, kita cukup mengisi formula SUM sederhana per hari.
Tool lainnya, yaitu software finansial. Ada banyak software finansial yang ada di luar sana, antara lain Quicken, Microsoft Money, dan GnuCash. Dan software finansial favorit saya adalah GnuCash. GnuCash merupakan software finansial yang open source dan tersedia di semua platform: Mac, Linux dan Windows. Sistem pembukuan di GnuCash juga sifatnya double-entry bookkeeping. Jadi, setiap transaksi itu akan dicatat ke dua atau lebih akun, kredit atau debit. Dengan demikian, seluruh transaksi akan tercatat konsisten, jumlah uang yang "keluar" sama dengan yang "masuk". Kita bahkan bisa mencatat semua aset, rekening, pemasukan dan semua investasi kita menggunakan GnuCash.
Nah, setelah kita punya catatan pengeluaran sepanjang bulan, dari situ kita bisa menetapkan anggaran belanja (budget) bulanan untuk masing-masing kategori. Misalnya, budget untuk belanja buku tiap bulan sekian, untuk makan sekian, dan seterusnya. Dari data tersebut, kita juga bisa mengetahui di bagian mana kita harus lebih berhemat lagi. Dan pastinya, bisa membantu kita untuk menghindari "besar pasak daripada tiang". Cheers! :)
Download Financial Report 2012 (xlsx), alternatif: xls
Download GnuCash
"DivitiƦ bona ancilla, pessima domina.
Money is a good servant, a dangerous master."
– Francis Bacon