Sebagai seorang pegiat ultra-endurance sport, yang telah menyelesaikan 9x marathon sejak 2023 dan baru saja menyelesaikan 100K ultra trail di BDG Ultra dan Trans Jeju by UTMB, saya menyadari betul krusialnya peran teknologi pendukung. Selama empat tahun terakhir, smartwatch lama saya telah menjadi instrumen esensial. Namun, di tengah tuntutan ultra trail race yang makin intens, saya mulai mengidentifikasi beberapa pain points:
- Daya Tahan Baterai: Kebutuhan untuk mengisi daya di setiap checkpoint menjadi sebuah additional burden yang tidak ideal.
- Navigasi: Fungsionalitas breadcrumb yang terbatas seringkali kurang memadai untuk jalur ultra trail yang kompleks, berpotensi menyebabkan nyasar di tengah hutan.
- Visibilitas Layar: Layar yang relatif redup saat lari siang di bawah terik matahari mempersulit pembacaan data.
Tiga pain points tersebut membawa saya untuk mengeksplorasi solusi yang lebih optimal, hingga akhirnya menemukan Amazfit T-Rex 3 Pro. Smartwatch ini menarik perhatian saya karena menawarkan berbagai fitur flagship yang umumnya ditemukan pada segmen harga lebih tinggi. Artikel ini akan menganalisis secara objektif, apakah Amazfit T-Rex 3 Pro benar-benar memberikan nilai lebih dibandingkan pesaing selevelnya, seperti Fenix 8 atau Apex 2 Pro, khususnya dari perspektif seorang ultra trail runner.
|
|
| Baterai T-Rex 3 Pro masih 18% setelah dipakai ultra trail 100K, lanjut tidur dan recovery walk. |
⚠️ DISCLOSURE: Unit Amazfit T-Rex 3 Pro yang saya gunakan ini adalah dukungan dari Amazfit Indonesia untuk persiapan dan pengujian di ultra trail race 100K di TransJeju by UTMB 2025. Penting untuk ditekankan bahwa analisis ini bersifat 100% objektif, tidak berbayar, dan murni berdasarkan pengalaman pribadi saya di lapangan.
Spesifikasi Teknis Amazfit T-Rex 3 Pro
Sebelum membahas user experience, mari kita telaah data spesifikasi Amazfit T-Rex 3 Pro. Angka-angka ini menunjukkan bagaimana smartwatch ini serius menantang smartwatch flagship lain yang harganya bisa dua hingga tiga kali lipat: