In front of KAIST, Daejeon Campus |
Saya beruntung bisa memperoleh beasiswa di universitas teknik terbaik di Korea Selatan untuk program studi yang saya minati. Berdasarkan pengalaman saya tersebut, ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri:
- Letter of Acceptance (LoA) dari universitas yang dituju.
- Sumber beasiswa untuk biaya kuliah (tuition fee) dan biaya hidup.
Sebelum mendapatkan LoA, tentu kita harus menentukan universitas mana yang mau dituju. Biasanya ada dua pendekatan dalam menentukan di universitas mana kita mau melanjutkan studi:
- Pendekatan #1 : Tentukan dulu negara yang mau dituju, baru pilih universitas yang memiliki program studi sesuai dengan minat dan kemampuan kita.
- Pendekatan #2 : Tentukan dulu program studi yang sesuai minat kita, baru pilih negara dan universitas yang sesuai dengan kemampuan kita.
If possible, always choose what you love. |
Pendekatan #1 biasanya dipilih oleh orang-orang yang sudah ngefans dengan suatu negara karena faktor budaya, klub sepakbola favorit, grup band favorit, jaraknya dari Indonesia, adanya kerabat di negara tersebut, kedekatan geografisnya dengan negara-negara lain yang ingin dikunjungi, dsb. Setelah tahu negara mana yang mau dituju, silakan googling "study in <country name>", misalnya /search?q=study+in+england.
Pendekatan #2 biasanya dipilih oleh orang-orang yang sangat passionate di bidangnya, yang ingin belajar dari para ahli terbaik di bidangnya. Ada beberapa cara untuk mendapatkan informasi top major ini, antara lain dari ranking universitas di dunia (meskipun agak bias ke negara tertentu atau parameter ranking tertentu), serta referensi dari dosen di kampus. Beberapa referensi ranking antara lain Times Higher Education, Quacquarelli Symonds, Shanghai Ranking, atau bisa juga dengan googling "best <major name> program", misalnya /search?q=best+computer+science atau /search?q=best+IT+MBA
Sebetulnya ada lagi Pendekatan #3, yaitu tentukan dulu beasiswa apa saja yang kita memenuhi syarat serta memiliki minat dan kemampuan untuk meraihnya, lalu baru menentukan negara dan universitas dari afiliasi beasiswa tersebut. Pendekatan ini sepertinya menjadi tidak terlalu populer sejak adanya beasiswa LPDP yang memungkinkan kita bisa mendaftarkan diri ke universitas manapun dengan dukungan pembiayaan dari pemerintah.