CISAK 2013 - Daejeon, 7 Juli 2013 |
Adapun pembicara pada konferensi ini adalah para pelajar Indonesia yang papernya telah lulus seleksi oleh panitia. Mereka terbagi menjadi 6 cluster: 1. Electronics, Communication, Informatics, 2. Energy, 3. Interdisciplinary Social Science, 4. Healthcare & Pharmacy, 5. Natural Science, Applied Science & Technology Innovation, 6. Food & Agriculture. Beberapa pelajar yang outstanding pun diberi kesempatan untuk presentasi di hall utama. Melalui acara ini saya mendapatkan banyak update tentang research di berbagai bidang, baik dari oral presenter maupun poster presenter. Selain itu, panitia juga mengundang dua tokoh ternama dari Indonesia untuk menyampaikan keynote speech. Mereka adalah Ridwan Kamil (arsitek, dosen ITB) dan Ilham Akbar Habibie (founder PT Regio Aviation Industries, putra dari mantan Presiden BJ Habibie).
Salah satu sesi yang paling menarik buat saya adalah keynote speech dari Ridwan Kamil, dosen Arsitektur ITB. Meskipun isi speech beliau tidak semuanya baru bagi saya, tetapi materi dan cara penyampaiannya selalu saja menginspirasi. Saya pertama kali mengenal Pak Emil (Ridwan Kamil) pada acara TEDxJakarta 2010. Saat itu saya baru tau kalau ada dosen almamater saya yang super cool – selain pak Onno W. Purbo & Budi Rahardjo – yang tidak hanya ahli di bidangnya, tetapi juga dikenal oleh banyak orang karena punya banyak karya nyata di masyarakat. Pada acara CISAK yang lalu, Pak Emil membawakan speech berjudul "Creativity for Society". Pak Emil memberikan contoh apa yang telah beliau lakukan selama ini di kota kelahirannya melalui berbagai kegiatan kreatif yang beliau jalankan berkolaborasi dengan beberapa komunitas di Bandung dan kota-kota lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut beliau jalankan jauh-jauh hari sebelum beliau memutuskan untuk maju dalam pemilihan walikota Bandung. Intinya, ilmu ataupun kreativitas yang kita miliki itu akan jauh lebih bermanfaat jika kita bisa mengaplikasikannya bagi masyarakat.
"Buat apa ilmu kalau tidak bermanfaat buat orang banyak." - @RidwanKamil, CISAK 2013 pic.twitter.com/km5n9di27h
— Anggriawan Sugianto (@anggriawan) July 7, 2013
Saya jadi kepikiran, sumbangsih apa yang bisa saya perbuat dari ilmu yang saya miliki untuk masyarakat. Semenjak kuliah bisnis, setiap saya melihat inovasi di bidang sains atau teknologi, saya selalu berpikir ini business model nya bagaimana, how to make money from it, atau how profitable it is. Secanggih apapun suatu research atau inovasi kalau tidak profitable, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sepertinya sia-sia. Tapi, hanya melihat economic value saja tidak cukup, kita juga harus mempertimbangkan social value nya – apakah suatu inovasi akan bermanfaat buat banyak orang atau tidak. Puji Tuhan, kalau kita bisa bekerja di bisnis atau research yang profitable dan bermanfaat bagi masyarakat. Namun terkadang ada inovasi yang bermanfaat buat banyak orang tapi tidak profitable. Untuk hal ini, kita sebaiknya mengusahakannya untuk at least sustainable. Di lain sisi, ada juga inovasi sains, teknologi atau bisnis yang menghasilkan banyak profit, tapi tidak banyak memberikan dampak positif bagi masyarakat. Untuk hal ini, kembali lagi ke masing-masing individunya, seandainya memang tidak bisa dilakukan secara organisasi atau korporat. Teringat sebuah artikel dari Forbes yang saya baca tadi pagi tentang Warren Buffet mendonasikan kekayaannya untuk Gates Foundation dan yayasan amal lainnya. Terlepas dari apa motif samping lainnya, orang-orang seperti ini patut dijadikan contoh untuk mengingatkan kita, bahwa.. ilmu itu tidak sekedar untuk mengejar economic value saja, tetapi juga social value untuk society di sekitar kita. Dan tidak perlu menunggu menjadi besar seperti mereka terlebih dulu, baru melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Think big, start small..
"And do not forget to do good and to share with others,
for with such sacrifices God is pleased."
No comments :
Post a Comment