Minggu lalu, 2-3 Juli 2011, akhirnya saya kesampaian juga jalan-jalan (backpacking) ke Kepulauan Seribu, atau yang biasa disingkat Pulau Seribu. Pulau Seribu merupakan tujuan wisata bahari yang paling populer di daerah sekitar Jakarta. Letaknya beberapa kilometer di sebelah utara kota Jakarta. Meskipun namanya "seribu", tapi jumlah pulau yang ada di Kepulauan Seribu katanya hanya sekitar 300-an pulau. Oya, pulau yang saya tuju bersama teman-teman adalah Pulau Harapan, salah satu pulau tempat bermukimnya penduduk asli Kepulauan Seribu. Di sana saya dan teman-teman naik perahu singgah dari satu pulau ke pulau lainnya (istilahnya kerennya: island hopping), serta tidak lupa snorkeling dan main-main di pantai.
Pulau Gosong, Kepulauan Seribu |
Rasanya aneh, sudah jalan-jalan sampai Karimunjawa dan Teluk Kiluan, tapi malah belum pernah ke Pulau Seribu. Jadi begitu beberapa minggu yang lalu, Sam, teman kos saya, mengajak liburan backpacking ke Pulau Seribu, tawaran itu langsung saya terima. Pada trip kali ini, semua rekan perjalanan (kecuali Sam) adalah orang-orang yang baru saya kenal. Senang rasanya bisa liburan sambil menambah jumlah kenalan :). Berangkat dari Cikarang jam 12 malam hari Sabtu dini hari, saya bersama Sam dan Hermi memutuskan untuk naik taksi menuju McDonald, Sarinah, Jakarta. Sesampainya di sana, ternyata sudah ada Gunard (pemimpin rombongan backpackers kali ini), lalu beberapa menit kemudian datanglah Ami, Dono, Ita, Rani dan Titis. Setelah lengkap 9 orang berkumpul, sekitar jam 2 pagi kami berangkat menuju Marina Bay, Ancol, lagi-lagi naik taksi karena pada dini hari seperti itu tidak ada sarana transportasi lain yang tersedia. Oya, siapkan uang Rp 15.000 /orang untuk tiket masuk Ancol, sedangkan untuk mobil taksi dan sopirnya tidak perlu bayar tiket masuk Ancol.
Teman-teman backpackers |
Loket kapal cepat dari Marina Ancol ke Pulau Seribu sebenarnya baru dibuka jam 6 pagi. Tapi karena jumlah kapal dari Marina ke Pulau Seribu sangat terbatas, serta kuota tiketnya hanya 20 orang per kapal, maka kita sebaiknya mengantri di Marina beberapa jam sebelum loket dibuka. Rombongan kami pun waktu itu tiba di loket (depan dermaga 15) sekitar jam 2.30 dini hari, belum ada siapa-siapa. Begitu tiba, kami mengantrikan tas ransel berjejer di depan loket. Kami pun beristirahat seadanya di depan loket tersebut. Jam 3.30 baru mulai ada satu orang lain yang datang ikut mengantri, lalu kira-kira jam 4 pagi sudah banyak orang yang datang untuk mengantri tiket kapal menuju Pulau Seribu. Akhirnya loket pun dibuka jam 6 pagi. Meskipun ada beberapa orang yang ngakunya anak pulau menyerobot antrian, puji Tuhan, masing-masing dari kami berhasil mendapatkan tiket :). Kapal yang kami naiki adalah KM Kerapu dengan jurusan: Marina - P. Untung Jawa - P. Pramuka - P. Kelapa, harga tiketnya Rp. 32.000.
Sunrise di Marina, Ancol |
Sekitar jam 7.30 pagi, kapal boat kami baru berangkat dari Marina Bay, Ancol. Meskipun kecil, kapal boat ini cukup cepat. Perjalanan dari Ancol ke Pulau Seribu ditempuh dalam waktu kurang dari 1,5 jam. Bandingkan dengan perjalanan dengan kapal biasa dari Muara Angke ke Pulau Seribu yang memakan waktu sekitar 3 jam. Saking cepatnya, kapal pun seperti meloncat-loncat meskipun ombaknya tidak begitu besar. Kami tiba di Pulau Kelapa jam 9 kurang. Ternyata Pulau Kelapa itu menyatu dengan Pulau Harapan, dihubungkan dengan sebuah jalan yang tidak lebar dan tidak terlalu jauh. Jadi, kami pun cukup berjalan kaki menuju ke rumah tempat peristirahatan kami. Oya, masih jadi pertanyaan bagi saya sampai sekarang, jangan-jangan lagu "Rayuan Pulau Kelapa" ciptaan Ismail Marzuki itu terinspirasi dari Pulau Kelapa di Kepulauan Seribu ini...
Welcome to Harapan Island |
Setelah beristirahat sejenak dan sarapan, sekitar jam 10.30 kami berangkat ke dermaga di Pulau Harapan. Dari situ kami bersembilan naik kapal nelayan ditemani 2 orang bapak pemandu. Bapak pemandu itu mengantar kami mengelilingi pulau-pulau di sekitar Pulau Harapan. Setelah beberapa menit mengarungi laut Jawa, kami diantar ke spot yang indah untuk snorkeling. Ternyata pemandangan bawah laut di Kepulauan Seribu tidak kalah bagus dibandingkan Karimunjawa. Di bawah kami banyak terlihat terumbu karang yang bagus, bintang laut, bulu babi dan ikan-ikan yang unik. Ikan favorit saya, clown fish (Nemo) terlihat ada di sela-sela terumbu karang :). Sayang sekali saya belum punya kamera khusus under water untuk mengabadikan pemandangan bawah laut itu.
Dermaga Pulau Harapan |
Setelah puas di tempat pertama, kami pindah ke lokasi snorkeling berikutnya. Pemandangannya tidak kalah bagus dari yang pertama. Hanya saja saya tidak menemukan clown fish di situ. Setelah beberapa jam snorkeling, perut pun terasa lapar. Kami pun diantar menuju ke salah satu pulau terdekat dari tempat snorkeling tersebut, yaitu Pulau Tongkeng. Oya, pulau-pulau di Kepulauan Seribu ini kebanyakan lebih bagus daripada pulau-pulau di Karimunjawa. Berbeda dengan pulau-pulau di Karimunjawa yang masih alami/natural, pulau-pulau di Kepulauan Seribu ini lebih terawat dan tampak dikelola dengan baik. Setelah ngobrol dengan pemandu kami, ternyata hampir semua pulau di Kepulau Seribu adalah pulau pribadi, kebanyakan adalah milik keluarga Cendana dan pengusaha-pengusaha yang dekat dengan penguasa rezim Orde Baru. Misalnya, Pulau Tongkeng, tempat kami singgah makan siang adalah milik Setiawan Djodi.
Pulau Tongkeng, Kepulauan Seribu |
Karena milik pribadi, pulau-pulau tersebut umumya jadi lebih terawat, dermaganya diperbagus, bahkan untuk beberapa pulau sengaja diberi "pagar" yang mengelilingi pulau tersebut dengan radius sekitar 20 meter dari pinggir pantai. Pagar batu karang itu dibangun untuk menahan derasnya ombak air laut, sehingga pulau yang sudah dibeli tidak menyempit karena abrasi. Jika si pemilik tidak sedang / akan mengunjungi pulaunya dalam waktu dekat, kita pasti diperbolehkan singgah, main-main bahkan menginap di pulau tersebut. Yang penting kita minta ijin ke penjaga pulau dan tidak merusak properti di pulau itu. Namun, jika si pemilik sedang berlibur di pulaunya atau besok akan datang ke pulau tersebut, bersiap-siaplah diusir ketika Anda singgah di pulaunya. Kejadian tidak mengenakkan ini (diusir dari pulau) juga terjadi pada kami saat singgah di beberapa pulau yang, katanya, pemiliknya akan datang keesokan harinya.
Adakah yang mau patungan beli pulau? Ntar kita pagerin juga :) |
Setelah makan siang, kami melanjutkan island hopping ke pulau-pulau terdekat. Pulau yang sempat dikunjungi antara lain Pulau Bulat, Pulau Matahari, Pulau Bira Kecil, dan lain-lain (saya lupa namanya -__-). Pulau favorit saya adalah pulau miliknya Pak Harto (kata Titis, namanya Pulau Bulat). Pulau tersebut dipagari batu karang di sekelilingnya, lalu di bagian depan diberi semacam gapura sebagai pintu masuk ke pulau tersebut. Pagar pulau tersebut terhubung dengan jembatan dermaga, dan di ujung dermaga itu dipasangi sebuah kursi klasik, tempat kita bisa duduk-duduk menatap pemandangan laut yang indah. Keren lah, pulaunya Jenderal Besar gitu loh! :) Selain itu, kami mampir juga ke sebuah pulau gosong, pulau yang isinya cuma pasir putih dan beberapa pohon saja, tempat yang bagus untuk foto-foto :). Setelah puas jalan-jalan di laut seharian, kami pun pulang menuju Pulau Harapan. Untuk makan malam, kami memesan barbeque ikan dari Pak Rambo, contact person kami di perjalanan kali ini.
Kapan ya bisa punya pulau pribadi? ^_^ |
Hari kedua, sebenarnya kami tidak punya rencana untuk jalan-jalan lagi. Kapal pulang dari Pulau Harapan ke Jakarta hanya ada 2 kali keberangkatan: jam 7 pagi dan jam 1 siang. Kami tidak bisa naik kapal cepat ke Marina karena katanya sudah booked semua, jadi terpaksa kami naik kapal nelayan menuju Muara Angke, yang jadwal keberangkatannya jam 1 siang. Sembari menunggu kapal, kami jalan-jalan di sekitar Pulau Harapan dan Pulau Kelapa, melihat-lihat aktivitas masyarakat pulau sehari-hari. Sekitar jam 2 siang, kapal pun baru berangkat. Kapal yang kami naiki cukup besar, kapasitasnya mungkin muat untuk sekitar 100 orang. Duduk di bagian atas kapal, menghadap ke samping, rasanya seperti naik wahana kora-kora di Dufan. Kapal goyang ke kiri dan ke kanan, dengan kemiringan mungkin sekitar 40 derajat. Cukup seru! :) Jam 5 sore kami tiba di Muara Angke, ya.. bau ikan, dari situ kami menyewa angkot agar diantar sampai ke Stasiun Kota. Di sana kami berpisah, kembali ke tempat tinggal kami masing-masing. Saya lupa detailnya, tapi biaya liburan kali ini adalah Rp 350.000 sudah termasuk transportasi dari Jakarta PP, penginapan, sewa kapal dan perlengkapan snorkeling, serta konsumsi selama 2 hari 1 malam di Pulau Seribu. Akhir pekan yang menyenangkan, kelak saya akan kembali ke Kepulauan Seribu lagi mengunjungi pulau-pulau lainnya. Have a nice day! :)
Santai kaya di pantai... |
No comments :
Post a Comment