Lomba penelitian “Tanoto Foundation Award” ini merupakan kali kedua yang diadakan oleh Kantor Wakil Rektor Kemahasiswaan dan Akademik (WRMA). Dari 20-an himpunan mahasiswa yang diundang dan 17 di antaranya yang mengajukan proposal penelitian, 7 proposal berhasil lolos seleksi dan mendapatkan pendanaan. Ketujuh proposal tersebut berasal dari HMIF (Teknik Informatika), HME (Teknik Elektro), Himatika (Matematika), IMAG (Arsitektur), HMTL (Teknik Lingkungan), HMFT (Teknik Fisika), dan Himatek (Teknik Kimia).
Judul karya ilmiah yang kami presentasikan adalah "Pembangunan Distro Linux untuk Pendidikan di Indonesia (Studi Kasus: ITB)". Terdengar tidak asing kan :). Adapun distro yang dimaksud di atas tentu saja adalah OSGX. Motivasi utama kami ikut serta dalam lomba ini adalah supaya mendapatkan pendanaan. Setahu saya, tidak ada distro Linux yang populer yang tidak memiliki sponsor pendanaan. Lihat saja: Ubuntu disponsori oleh Canonical, Fedora disponsori oleh Red Hat, Nusantara didukung oleh Ristek, BlankOn didukung oleh UNESCO melalui YPLI, dll. Hal inilah yang membuat kami memberanikan diri untuk mengajukan proposal ke LPKM. Dana tersebut kami gunakan untuk produksi, publikasi, dan sosialisasi.
Pada presentasi final kemarin, saya lebih memfokuskan presentasi pada masalah yang kami coba pecahkan melalui, yakni masalah pembajakan software, "sulitnya" mendapatkan software pada sistem operasi Linux, dan infrastuktur Internet yang kurang memadai jika harus mengunduh program dari repository. Ketiga masalah tersebut diselesaikan dengan solusi menyediakan distro Linux yang siap pakai, sekali instal semua kebutuhan aplikasi perkuliahan di ITB bisa terpenuhi. Kenapa ITB saja? Karena menurut kami, semakin fokus target pengguna, maka suatu distro akan semakin tepat guna. Lagipula, kalau target pengguna kami masyarakat awam, hal itu malah akan "reinventing the wheel" di mana sudah ada distro Nusantara dan BlankOn. Hmm.. saya pikir salah satu dari kedua distro ini sebenarnya "reinventing the wheel", kan target penggunanya sama-sama adalah masyarakat Indonesia pada umumnya. Nah loh...
Presentasi berjalan tidak semulus yang diharapkan. Setelah laptop tersambung dengan proyektor, OpenOffice Impress malah tidak bisa muncul. Lagi-lagi saya gagal untuk bergaya dengan mooo ;(. Untungnya, saya sudah menyiapkan file PDF-nya dan presentasi pun dijalankan dengan Evince (Document Viewer), program default untuk membuka file PDF di Ubuntu. Selesai presentasi, mulailah sesi tanya-jawab dari dewan juri yang ternyata sudah ahlinya penjurian lomba karya ilmiah, tingkat nasional semua lah. Ada seorang juri yang pertanyaannya selalu menusuk setiap finalis, ternyata beliau adalah ketua dewan juri Pimnas :), jadi wajarlah kalau beliau seperti itu karena (menurut saya) tujuannya untuk menggembleng mental dan kualitas karya ilmiah semua peserta.
Setelah keenam finalis mempresentasikan penelitiannya (Himatek tidak hadir), hanya butuh waktu sekitar 15 menit bagi dewan juri sebelum urutan juaranya bisa diumumkan. Feeling saya mengatakan kami tidak akan juara 1, mengingat tidak ada juri yang berlatar belakang IT, karena itu (menurut saya) mereka pasti mengharapkan studi kasus kami bukan sesempit ITB saja tapi nasional. Meskipun demikian, saya optimis kami bisa mendapatkan juara di hari itu. Saya lebih menjagokan HME dengan lampu hemat energinya di mana juga sudah menjuarai lomba penelitian lainnya yang disponsori oleh Rekayasa Industri. Dan hasilnya (jreng..jreng..jreng..) sebagai berikut:
- Himatika, optimasi penempatan wireless access point
- HMIF, distro Linux untuk pendidikan
- HME, lampu hemat energi dari LED
Puji Tuhan! Ternyata feeling saya benar dan itulah hasilnya. Dengan mengesampingkan pandangan objektif saya bahwa luaran penelitian si juara 1 masih jauh untuk bisa diimplementasikan (karena mengabaikan faktor perambatan non-line-of-sight sinyal akibat banyaknya obstacle), semoga setiap karya ilmiah yang telah dilakukan bisa bermanfaat.
Tetaplah berkarya!
No comments :
Post a Comment