Open Source, Solusi di Masa Krisis

Saat ini dunia sedang mengalami krisis ekonomi global. Hampir semua perusahaan di seluruh dunia terkena imbas dari krisis ini. Krisis keuangan biasanya menyebabkan suatu perusahaan terpaksa melakukan penyesuaian di seluruh bagian perusahaan tersebut, termasuk di bidang teknologi sistem informasi yang digunakan.

Bagaimanakah peran software open source dalam menghadapi krisis ekonomi global?

Dalam kondisi ekonomi seperti ini setiap perusahaan pasti akan berusaha melakukan penghematan. Perusahaan tentu akan memilih software open source daripada software proprietary yang akan menguras kas perusahaan. Alasannya sederhana, software open source jauh lebih menghemat uang! Perusahaan bisa mencari software serupa di repository, seperti SourceForge atau Google Code, lalu melakukan modifikasi terhadap aplikasi yang didapat (jika diperlukan).

Penghematan bisa juga dilakukan dengan melakukan migrasi dari software proprietary ke open source. Contoh penghematan dengan cara migrasi misalnya dengan menggunakan perangkat lunak berikut:
  • OpenOffice ($0), sebagai ganti Microsoft Office 2007 ($110 untuk Home & Student Edition atau $315 untuk Standard Edition)
  • Mozilla Thunderbird ($0), sebagai ganti Outlook 2007 ($90) -- atau gunakan Evolution ($0)
  • GnuCash ($0), sebagai ganti Quicken ($30 untuk Starter Edition), sebuah aplikasi akuntansi
  • Alfresco ($0), sebagai ganti SharePoint ($5000 hanya untuk 5 user ... WOW!!) *sudah termasuk harga SQL Server dan Windows Server 2008 yang digunakan untuk menjalankan SharePoint
  • Linux ($0), sebagai ganti Windows ($ ??), belum termasuk Norton Internet Security 2009 ($50) -- dan doa pengusir virus :)

Daftar penghematan di atas masih bisa ditambah lagi apabila perusahaan melakukan migrasi untuk aplikasi-aplikasi proprietary lainnya dan beralih ke aplikasi open source alternatifnya.

Masih belum yakin bahwa open source bisa menghemat keuangan perusahaan? Mari kita ambil sebuah contoh kasus (dari Sun Microsystem, yang (konon katanya) merupakan perusahaan penyumbang kode open source terbesar). Misalkan, ada sebuah perusahaan, dengan kira-kira 1000 pegawai, menjalankan bisnisnya dengan 20 dual-core server aplikasi dan 10 dual-core server basis data. Jika perusahaan tersebut menggunakan aplikasi proprietary (dalam hal ini WebLogic Enterprise & Oracle Enterprise), maka perusahaan tersebut akan mengeluarkan dana sebesar U$3,237,000 selama 3 tahun. Sedangkan jika perusahaan mengunakan aplikasi open source (dalam hal ini Glassfish Enterprise Server & MySQL Enterprise Gold), maka perusahaan tersebut hanya akan mengeluarkan dana sebesar US$240,000. Detail perhitungan bisa dilihat di sini. Jadi, pada kasus di atas open source bisa menghemat anggaran perusahaan sebesar US$ 2,997,000 dalam 3 tahun!

Dengan aplikasi open source, perusahaan akan hanya mengeluarkan biaya untuk deployment, support, atau subscription saja. Hal ini juga terjadi jika perusahaan memilih untuk menggunakan aplikasi proprietary. Bedanya, aplikasi open source tidak membutuhkan biaya lisensi.

Jadi, jawaban untuk pertanyaan pembuka tulisan ini adalah: Open source bisa menjadi solusi di masa krisis karena bisa membantu penghematan finansial. Nah, ngapain juga buang-buang uang kalau ada pilihan lain yang menghemat banyak uang? ;)

Cheers!

No comments :