Banda Neira

Banda Neira is one of ten volcanic islands in the Banda Archipelago in Maluku province, eastern Indonesia. It is located about 132 km southeast of Ambon. Banda Neira, along with Banda Islands, were famous as Spice Islands since they were the source of spices, especially nutmeg and mace. Nowadays Banda Islands are among the top destinations for divers from around the world despite its remote location. It is also one of the most-favored cruising areas in Southeast Asia. Hope someday I will travel there! #crossingfingers

Banda from the Top of Gunung Api – © Ismawan Ismail

Anyway, in this post I don't want to talk about that island since I haven't visited there (yet). So let me introduce you, Banda Neira, an acoustic-pop indie band (duo) from Indonesia. I watched their live performance last week in Salihara and it was simply great. They call their genre as nelangsa riang, which means "miserably happy", even though it is not miserable at all. The lyrics is so poetical – far from melancholy mainstream pop nowadays – that's why I love indie! The music is so easy-listening and quite addictive. The male voice is.. 'simple', yet if I play their songs loudly in my room, I guess my neighbor may think it's my voice :)). And the female voice is.. gorgeous, so is she, @rarasekar :'). Their background story is also interesting, coming from Parahyangan Catholic University, Bandung. This band easily goes to my favorite indie playlist on iTunes, following Mocca, Float, Efek Rumah Kaca, Sore, White Shoes and The Couples Company, etc. Thus, ladies and gentlemen, please welcome Banda Neira, my newest favorite indie band! Worth listening! :)



And here are the lovely lyrics, in no particular order. My most favorite songs are "Kau Keluhkan" and "Ke Entah Berantah". What's yours?



Di Atas Kapal Kertas
★★★

Bersembunyi di balik tirai
Memandang jalan
Gadis kecil ingin ke luar
Menantang alam

Tapi di sana hujan
Tiada berkesudahan
Tapi di sana hujan turun membasahi semua sudut kota
Hapus tiap jejak jalan pulang

Berangkat di atas kapal kertas
Menggantungkan haluan
Menambal, menyulam, menghindari karam
Berangkat di atas kapal kertas
Bersandar ke layarnya
Di antara suka, di antara duka

Bersembunyi ia di dalam
Mengintai ruang
Gadis kecil merangkai kapal
Melipat jarak

Tapi di sana hujan
Tiada berkesudahan
Tapi di sana hujan turun membasahi semua sudut kota
Hapus tiap jejak jalan pulang

Berangkat di atas kapal kertas
Menggantungkan haluan
Menambal, menyulam, menghindari karam
Berangkat di atas kapal kertas
Bersandar ke layarnya
Di antara suka, di antara duka



Ke Entah Berantah
★★★★★

Dia datang saat hujan reda
Semerbak merekah namun sederhana
Dia bertingkah tiada bercela
Siapa kuasa

Dia menunggu hingga ku jatuh
Terbawa suasana
Dia menghibur saat ku rapuh
Siapa kuasa

Dan kawan
Bawaku tersesat ke entah berantah
Tersaru antara nikmat atau lara
Berpeganglah erat, bersiap terhempas
Ke tanda tanya

Dia bagai suara hangat senja
Senandung tanpa kata
Dia mengaburkan gelap rindu
Siapa kuasa

Dan kawan
Bawaku tersesat ke entah berantah
Tersaru antara nikmat atau lara
Berpeganglah erat, bersiap terhempas
Ke tanda tanya



Rindu
★★★

Rumah kosong
Sudah lama ingin dihuni
Adalah teman bicara; Siapa saja atau apa
Jendela, kursi
Atau bunga di meja
Sunyi, menyayat seperti belati
Meminta darah yang mengalir dari mimpi



Kau Keluhkan
★★★★★

Kau keluhkan awan hitam
Yang menggulung tiada surutnya
Kau keluhkan dingin malam
Yang menusuk hingga ke tulang

Hawa ini kau benci
Dan kau inginkan tuk segera pergi
Berdiri angkat kaki
Tiada raut riangmu di muka, pergi segera

Kau keluhkan sunyi ini
Dan tak ada yang menemani
Kau keluhkan risau hati
Yang tak kunjung juga berhenti

Rasa itu kau rindu
Dan kau inginkan tuk segera tiba
Dan kembali bermimpi
Hanyut dalam hangatnya pelukan cahaya mentari

Dan ingatlah pesan sang surya pada manusia malam itu
Tuk mengingatnya di saat dia tak ada
Tuk mengingatnya di saat dia tak ada
Tuk mengingatnya di saat dia tak ada
Esok pasti jumpa



Kisah Tanpa Cerita
★★★

Matahari menyingsing
Kali ini dari utara
Salju turun percaya saja
Meski belum waktunya

Perempuan di paruh waktu
Hatinya teguh ditempa kalut
Lelaki di ujung tanduk, harapannya sederhana
Sekisah tanpa cerita
Sekisah tanpa cerita

Angin menanti
Gema suara burung berpulang
Sore itu tak biasanya
Tak ada cahaya di jendela

Perempuan di paruh waktu,
Hatinya teguh ditempa kalut
Lelaki di ujung tanduk, harapannya sederhana
Sekisah tanpa cerita
Sekisah tanpa cerita

Jika yang tersisa hanya kita berdua
Jika yang menggila ada kita berdua

Lekas jauh pergi
Lekas jauh pergi

Jika yang tersisa hanya kita berdua
Jika yang menggila ada kita berdua

Lekas jauh pergi
Lekas jauh pergi



Berjalan Lebih Jauh
★★★★

Bangun,
Sebab pagi terlalu berharga
Tuk kita lewati
Dengan tertidur

Bangun,
Sebab hari terlalu berharga
Tuk kita lalui dengan
Bersungut-sungut

Berjalan lebih jauh
Menyelam lebih dalam
Jelajah semua warna
Bersama, bersama

Bangun,
Sebab hidup teramat berharga
Dan kita jalani
Jangan menyerah

Berjalan lebih jauh
Menyelam lebih dalam
Jelajah semua warna
Bersama, bersama, bersama



Hujan di Mimpi
★★★★★

Semesta bicara tanpa bersuara
Semesta ia kadang buta aksara
Sepi itu indah, percayalah
Membisu itu anugerah

Seperti hadirmu di kala gempa
Jujur dan tanpa bersandiwara
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua kita berlari

Semesta bergulir tak kenal aral
Seperti langkah-langkah menuju kaki langit
Seperti genangan akankah bertahan
Atau perlahan menjadi lautan

Seperti hadirmu di kala gempa
Jujur dan tanpa bersandiwara
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua kita berlari



Di Beranda
★★★★

Oh, Ibu tenang sudah
Lekas seka air matamu
Sembapmu malu dilihat tetangga

Oh, Ayah mengertilah
Rindu ini tak terbelenggu
Laraku setiap teringat peluknya

Kamarnya kini teratur rapi
Ribut suaranya tak ada lagi
Tak usah kau cari dia tiap pagi

Dan jika suatu saat
Buah hatiku, buah hatimu
Untuk sementara waktu pergi

Usahlah kau pertanyakan
Ke mana kakinya kan melangkah
Kita berdua tahu, dia pasti
Pulang ke rumah

Kamarnya kini teratur rapi
Ribut suaranya tak ada lagi
Tak usah kau cari dia tiap pagi

Dan jika suatu saat
Buah hatiku, buah hatimu
Untuk sementara waktu pergi

Usahlah kau pertanyakan
Ke mana kakinya kan melangkah
Kita berdua tahu, dia pasti
Pulang ke rumah



Senja di Jakarta
★★★★★

Bersepeda di kala senja
Mengejar mentari tenggelam
Hangat jingga temani rasa
Nikmati Jakarta

Bersepeda keliling kota
Kanan kiri, ramai jalanan
Arungi lautan kendaraan
Oh, senja di Jakarta

Parapa, parapa, parapa, parara
Nikmati jalan di Jakarta
Parapa, parapa, parapa, parara
Maafkan jalan Jakarta

Bersepeda sepulang kerja
Kenyang hirup asap Kopaja
Klakson kanan kiri berbalasan
Oh, senja di Jakarta

Parapa, parapa, parapa, parara
Nikmati jalan di Jakarta
Parapa, parapa, parapa, parara
Nikmati jalan di Jakarta
Maafkan jalan Jakarta
Nikmati jalan di Jakarta

Bersepeda, di kala senja
Nikmati Jakarta

No comments :